Siapa yang tak kenal BJ Habibie, mantan Presiden RI
yang ke tiga? Siapapun saya yakin mengenalnya, apa lagi bagi generasi yang suka
teknologi, karena beliaulah satu-satunya Presiden RI yang berlatar belakang
teknologi tamatan Jerman!
Indonesia memang membutuhkan “Habibie-hebibie” yang
sebanyak-banyaknya, agar Indonesia tak kalah dengan bangsa lain dibidang
teknologi khususnya dan pada bidang-bidang lain umumnya.
Habibie adalah tokoh yang sudah dikenal oleh dunia
sebelum dia menjadi Presiden, khsususnya dalam bidang teknologi di Eropa,
khususnya di Jerman, karena Habibielah satu-satunya orang Indonesia sekaligus
orang Asia yang pernah memimpin perusahaan penerbangan di Jerman, bahkan
Habibie pernah ditawarkan untuk membangun kedirgantraan di negara tetangga
kita,Filipina, tapi beliau menolaknya. Nah beliaulah Presiden yang banyak
menginpirasi generasi muda di bidang teknologi, sehingga lahirlah berbagai
macam buku tentang Habibie sebelum dan sesudah menjadi Presiden.
Untungnya jadi orang yang sudah terkenal sebelumnya
adalah ketika menulis buku, maka apapun isinya akan “dilahap” oleh orang,
terutama para “kutu buku” dan yang saya akan tulis ini bukan sembarang orang,
karena dialah tokoh yang memperkenal dua istilah yang dipadukan menjadi enak di
dengar dan enak untuk dijalani, yaitu Iptek( ilmu pengetahuan dan teknologi)
dan Imtak( iman dan taqwa).
Dua unsur yang sangat dibutuhkan oleh dunia modern
sekarang ini. Di mana kalau mau hidup seimbang dunia dan akherat, manusia harus
memiliki keduanya, bila tidak, siap-siap digilas jaman! Siapa tokoh itu? Anda
pasti sudah menduga dan dugaan anda benar! BJ Habibie.
Dialah tokoh yang selagi masih hidup, tapi sudah
banyak orang menulis buku tentang Beliau! Ya apa lagi kalau bukan tokoh yang
fenomena sekali bagi bangsa Indonesia khususnya dan bangsa Asia Umumnya, karena
kejeniusannya!
Ya Habibie bukan hanya kebanggaan bagi bangsa
Indonesia, tapi juga bangsa Asia, karena Beliaulah satu-satunya orang Asia yang
pernah menjabat menjadi pimpinan di salah satu peruhaan penerbangan di Jerman
Barat.
Dan beliau juga satu-satunya menteri di jaman Orde
Baru yang paling lama, 4 kali masa jabatan dan memegang sekaligus beberapa
lembaga-lembaga/perusahaan negara yang startegis, dari mulai PT Dirgantara, PT
PAl, PT Inka, BPPT dan lain sebagainya.
Wah kalau mau ditulis semuanya bisa penuh tulisan ini,
tapi saya mau melihat Habibie dari sisi lainnya, dari sisi Habibie sebagai
manusia sebagaimana adanya dan melihat cinta Habibie pada pujaan hatinya, Hasri
Ainun Habibie, yang lebih di kenal dengan panggilan ibu Ainun yang Dokter itu.
Sebuah contoh bagi suami istri lainnya, yang satu Prof Dr di bidang teknik, yang satu Dokter! Lengkaplah keluarga ini, sehingga ketika
mereka mulai menapak kehidupan di negara orang, alias merantau di Jerman sudah
punya bekal yang cukup!
Tapi anda mungkin tak pernah menyangka, termasuk saya,
bahwa pak Habibie ternyata anak yatim! Ya Beliau anak yatim seperti yang
digambarkan dalam bukunya setebal 323+XI” Habibie dan Ainun” terbitan PT. THC
Mandiri-Jakarta, Indonesia cetakan kedua Desember 2010 di halaman 14 sebagai
berikut”… pada tahun 1950 … Ayah kandung saya Alwi Abdul Djalil Habibie
meninggal dunia …” Waktu Habibie baru berusia 14 tahun, setingkat anak SMP.
Dan yang lebih saya tak menyangka lagi adalah kisah
“penderitaan” anak rantau, ya keluarga pak Habibie saat-saat pertama di di
Jerman setelah bersuami istri sungguh memperihatinkan, ini terlihat jelas
ketika Ibu Ainun menceritakannya di halaman 18 pada buku yang sama,” hidup
mulai terasa agak berat. Berat bukan karena beban pekerjaan di rumah tetapi karena
rasa kesendirian… Oberforsbach sebuah desa , kalau mau ke Aachen…. harus naik
bis. Bis hanya ada setiap dua jam pagi dan sore hari. ( Ayo siapa yang
menyangka pak Habibie naik bis dan tinggal di desa! ketika di Jerman.)
Mari kita lanjutkan cerita dari ibu Ainun:” Hidup
terasa sepi sekali, jauh dari keluarga, jauh dari teman-teman, jauh dari
segalanya. Tidak ada yang dapat diajak ngobrol ….yang ada hanya suami, tetapi
suamipun pulang larut malam.
Ia harus bekerja menyelesaikan promosinya. Penghasilan
kami pas-pasan: mendapat setengah gaji seorang diploma ingineur … untuk
mendapat penghasilan, suami dengan mencuri-curi waktu bekerja sebagai ahli konstruksi pada pabrik kereta api … kemana-mana naik bis, malah karena
kekurangan uang untuk membeli kartu langganan bulanan, dua tiga kali seminggu
ia jalan kaki mengambil jalan pintas sejauh lima belas kilometer, sepatunya
berlobang-lobang; baru menjelang musim dingin lobangnya ditambal....untuk
menghemat, sejauh mungkin semuanya dikerjakan sendiri.(h:19)
Coba siapa yang menyangka bahwa pak Habibiepun naik
bis kota! Dan sering jalan kaki sejauh lima kilometer, bukan karena olah raga,
tapi keterbatasan uang pada saat itu! Dan yang lebih memperihatikan adalah
sepatunya berlobang-lobang… Ayo siapa yang pernah menyangka bahwa pak Habibie
sang pendiri PT Dirgantara Indonesia dan mantan Presiden Ri pada masa transisi
1998-1999, ketika awal-awalnya berumah tangga dan hidup di Jerman sampai sepatu
berlobang-lobang alias bolong-bolong!
Mari kita lanjutkan” Saya kembali larut malam dan
kadang-kadang berjalan kaki karena tidak ada bus lagi atau harus menghemat.
Untuk mempersingkat waktu, saya berjalan melalui kuburan. Jikalau hujan dan
dingin saya berjalan dengan payung, mantel dan spetu yang diberi alas kertas
sebagai alas kaki yang dapat membantu isolasi” (h:20)
Berikutnya ibu Ainun menulis:” Tidak ada uang kecuali
untuk membeli mesin jahit. Belinya tentu dengan menyicil, dan karena mesinya
mesin Singer yang bagus cicilannya lunas baru satu setengah tahun. Hidup
benar-benar prihatin. Hidup benar-benar keras. tetapi ada hikmahnya. Di
masa-masa inilah saya belajar untuk hidup berdikari.“(h:21)
Ayo siapa yang menyangka bahwa keluarga pak Habibie pun
sempat utang, hanya untuk membeli mesin jahit. Saya tak pernah menduga sebelumnya,
yang saya pikir karena beliau ada di Jerman, beliau adalah insinyur dan
istrinya seorang dokter maka yang terbayang semuanya akan serba enak.
Ah… ternyata di awal-awal kehidupan berumah tangga
hampir sama dengan yang lainnya, oya kebetulan waktu itu Beliau sama dengan
mahasiswa lainnya dan belum dikenal di Indonesia, pak Habibie terkenal di
Indonesia setelah pulang atau ditarik pulang untuk mengabdi di Indonesia,
padahal pak Habibie bukan mendapat bea siswa dari negara!
Ada kebiasaan pak Habibie yang karena begitu banyaknya
pekerjaan yang tanganinya, seringakali dimeja kerjanya berantakan! Konon pak
Hartopun membiarkan kebiasaan tersebut dan ini terlihat sejak masih di Jerman
seperti yang terdapat di halaman 28:” Buku, makalah dan majalah ilmiah saya
bawa ke rumah dan bertaburan di lantai atau di tempat tidur.
Ainun tidak pernah merubah letak bahan riset saya yang
sering letaknya tersebar di mana-mana. Dan coba lihat lagi. Coretan pada kertas
tersebar di atas tempat tidur dan lantai bersama buku-buku dan majalah ilmiah
yang sedang saya baca.(h:34) Sebuah pengakuan yang sejujurnya dari seorang
Habibie.
Dan untuk mencuci punya cerita lain lagi,” …. membawa
cucian besar berkarung-karung naik bis ka Aachen untuk dimasukan mesin cuci
sewaan dan di bawa pulang setelah selasai belanja …”(h:39)
Ayo….ibu-ibu mana yang pernah menyangka bahwa ibu
Ainun Habibiepun saat awal berumah tangga di Jerman tidak punya mesin cuci,
padahal itu sangat penting di negara yang punya empat musim, terutama di musim
dingin, karena saat itu matahari jarang muncul, dengan demikian susah menjemur
untuk mengeringkan pakaian.
Namun ada yang menarik dari pak Habibie terutama
tentang sumpah yang dia ucapkan ketika sakit keras dan ternyata sumpahnya
tertulis dalam bentuk puisi berikut ini:
“Sumpahku”
Terletang!
Jatuh! Perih! Kesal!
Ibu Pertiwi
Engkau
pegangan
Dalam
perjalanan
Janji Pusaka
dan Sakti
Tanah Tumpah
daraku makmur dan suci
….
Hancur
badan!
Tetap
berjalan!
Jiwa Besar
dan Suci
Membawa aku
PADAMU!(h:41-42)
Coba siapa yang menyangka bahwa pak Habibiepun pernah
menulis puisi dan itu dijadikan semacam “sumpah palapa”nya Gajah Mada, yang tak
akan makan buah maja, sebelum nusantara bersatu! Dan pak Habibie punya tekad
yang sama untuk memajukan Indonesia.
Di lain tempat Habiie menulis…”Banyak yang kagum atas
prestasi nyta yang saya tunjukan, namn ada juga beberapa orang yang iri. hanya
dengan bekerja keras, saya dapat atasi persaingan menghadapi teman-teman yang
berbakat pula.” (h:52)
“Kami bekerja keras dan menikmati tiap detik yang
diberikan Allah SWT dengan meletakan jejak yang indah dengan perasaan khusus
yang dikalbui oleh cinta yang murni, suci, sejati, sempurna dan abadi. Sehingga
semua yang tak mungkin menjadi mungkin. (h: 55).
Nah buku ini boleh dibilang kisah cintanya Habibie
terhadap Ainun, sehingga kata “cinta yang murni, suci, sejati, sempurna dan
abadi” selalu diulang-ulang Habibie ketika menggambarkan kesetiaan cintanya
Ainun.
Jadi biografi cinta Habibie dan Ainun yang dikemas
dalam bentuk novel di mulai dari “pandangan pertama” saat di Bandung (1962)
sampai pandangan terakhir di Rumah Sakit Muenchen, Jerman ( 2010). Kisah cinta
sepanjang 48 tahun terkemas dalam novel yang menarik ini!
Sebenarnya banyak sisi lain yang terungkap dalam buku
ini, seperti ketika pak Habibie menangis dan kebingungan mengambil sebuah
keputusan, atau saat pak Habibie marah, kalau sudah “katanya” siapapun susah
menolaknya! Dan telepati cintanya dengan Ainun, berkomunikasi tanpa suara dan
kata-kata. Nah coba siapa yang pernah menyangka kalau pak Habibiepun menangis
dan itu di tulis sendiri olehnya!
Iya… siapa yang menyangka pak Habibie, dalam bukunya,
menangis saat Ainun sakit dan saat ketika Ainun mendekati ajalnya di Jerman. Ya
normal sebagai manusia yag ditinggalkan istri tercintanya, namun itu menjadi
suatu catatan bahwa siapapun manusia tanpa pandang mantan Presiden atau bukan,
akan sangat manusiawi bila menangis saat ditinggalkan untuk selamanya pada
orang yang sangat dicintainya, itulah sisi manusia Habibie apa adanya. Suka dan
duka dalam bukunya itu telah “dibuka” habis oleh Habibie sendiri.
Itulah yang saya sebut balajar, ya belajar dari
siapapun, apa lagi yang kita pelajari tokoh sebesar Habibie, yang bukan saja di
kenal Indonesia, tapi juga dunia, terutaman dibidang teknologi penerbangan,
karena sampai saat inipun, saat beliau sudah tak menjadi Presiden, masih terus
berkeliling dunia berceramah atau seminar tentang dunia kedirgantaraan.
Habibie memiliki pola pemikiran belajar sebagai berikut:
- Belajar dimulai dari sesuatu yang paling sulit baru mempelajari yang mudah. Dengan demikian akan lebih mudah menaklukkan sesuatu yang tingkat kesulitannya lebih rendah.
- Hidup butuh keseimbangan. Seperti pesawat, mengapa ada sayap kanan dan kiri? Sebagai penyeimbangannya, sayap kanan sebagai iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, sedangkan sayap kiri sebagai ilmu dan teknologi.
- Selalu perhitungkan untung rugi. BJ Habibie tidak akan melakukan suatu usaha yang kiranya hanya akan memberikan untung yang sedikit.
- Saat mengerjakan sesuatu, dipikirkan manfaatnya hingga jauh kebelakang.
- BJ Habibie tidak berkepentingan terhadap jabatannya meskipun menjadi Presiden.
- Kesuksesan bisa dicapai dengan kerendahan hati. Oleh karena itu jangan menjadi pendendam pada siapapun, termasuk musuh atau orang-orang yang membenci Anda.
- BJ Habibie tidak mendendam secara emosional kepada orang-orang yang tidak setuju dengan ide dan gagasannya.
Pemikiran cemerlang dari seorang mantan pemimpin negara. Bagaimana pemikiran Anda?
Kutipan: Buku "Gaya Belajar Orang Besar"
Kutipan: Buku "Gaya Belajar Orang Besar"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar