Dimuat di Tabloid Wanita Indonesia 1217 hal.13, tanggal 9 15 Mei 2013
Teks: Arimbi Tyastuti
Teks: Arimbi Tyastuti
Siapa yang tak ingin merasakan
kedamaian dan kenyamanan? Namun beragam persoalan sering membuat hidup
terasa penuh beban. Yuk belajar pada ahlinya.
Semua Berawal dari Diri Sendiri
Manusia memang selalu merasa ada yang
kurang dalam dirinya. Hingga kadang kekurangan itu membuat seseorang
tidak dapat berdamai dengan diri sendiri
Akar dari semua perdamaian adalah perdamaian kita dengan diri sendiri. Setiap bentuk kekerasan bermula dari kegagalan untuk berdamai dengan diri sendiri, ujar motivator, guru meditasi, juga penulis, Gede Prama.
Ditemui saat pembukaan Compassion
Festival di Mall of Indonesia, Jakarta, Rabu (1/5/2013), Gede
menjelaskan, semua gerakan perdamaian di seluruh dunia dan di semua
agama selalu memulai langkah pertama dengan berdamai dengan diri
sendiri. Terutama, kata dia, berdamai dengan kekurangan-kekurangan kita.
Ini sering menjadi kegagalan kebanyakan manusia.
Gede melanjutkan, kekurangan-kekurangan
itu tidak hanya kekurangan fisik. Namun mencakup juga kekurangan pada
mental dengan kegagalan di masa lalu, dan juga kegagalan pada harapan.
Titik tolaknya selalu berdamai dengan
diri sendiri. Khususnya berdamai dengan kekurangan dan ketidaksempurnaan
kita, tambah pria yang biasa dipanggil Guru ini.
Mengelola Keinginan
Kekurangan dan ketidaksempurnaan, kata Gede, makin terlihat nyata, karena pada dasarnya seseorang memiliki keinginan yang lebih tinggi dibandingkan kenyataan.
Kekurangan dan ketidaksempurnaan, kata Gede, makin terlihat nyata, karena pada dasarnya seseorang memiliki keinginan yang lebih tinggi dibandingkan kenyataan.
Saat itu terjadi, lanjut Gede, hal
tercepat yang bisa dilakukan adalah menurunkan keinginan atau mengelola
keinginan kita. Bagi anak muda keinginannya besar tidak apa-apa karena
tubuhnya masih kuat. Sedangkan ketika seseorang menua tubuhnya mulai
lemah, tapi jika keinginannya masih besar bisa kolaps, terserang stroke,
dan sebagainya. Karena itu yang diperlukan adalah mengelola keinginan
kita, jelas Gede.
Ia kembali mengingatkan, titik berangkat
seluruh bentuk kegiatan perdamaian adalah berdamai dengan diri sendiri,
khususnya ketidaksempurnaan kita.
Caranya ya dengan menerima ketidak sempurnaan itu, saran Gede.
Karena menurut Gede, ketidaksempurnaan
itu sesungguhnya adalah wajah lain dari sempurna. Maka, jika akar
perdamaian terhadap diri sudah mulai bagus apalagi sempurna, seseorang
akan mudah berkontribusi pada perdamaian dunia.
Saya tulis di Twitter, tanpa lubang,
seruling bukanlah seruling, tanpa ketidaksempurnaan, sempurna itu bukan
kesempurnaan, papar Gede.
Lantas, bagaimana langkah-langkah konkret yang dapat kita lakukan untuk mencapai hal-hal di atas?
Setiap orang punya masa lalu yang ia
sesali. Setiap orang punya drama tentang masa lalunya. Di masa lalu,
banyak masalah kekerasan yang dilakukan oleh umat manusia karena manusia
membuat drama tentang dihidupnya, ujar Gede.
Drama itu umumnya bertentangan dengan
realita yang kita hadapi, dan itu merupakan asal muasalnya. Karena itu,
kita dapat memulainya dengan cara bersahabat dengan seluruh masa lalu
kita, saran Gede lagi.
Konkretnya, lanjut Gede, adalah dengan menghentikan seluruh drama tentang diri sendiri.
Misalnya drama merasa kurang beruntung,
kurang sempurna, dan seluruh bentuk kekurangan yang kita miliki. Selain
itu, juga belajar untuk menemukan kesempurnaan di balik
ketidaksempurnaan, jelas Gede.
Meditasi, katanya, bisa menjadi salah satu cara untuk menyembuhkan penyakit dalam diri seseorang.
Karena sekarang banyak manusia yang
sakit. Kemarahan bisa membentuk rasa sakit. Ketidakpuasan adalah bentuk
lain dari rasa sakit dan meditasi bisa menyembuhkan.
Terima, Mengalir, Senyum
Dalam meditasi, Gede mengajarkan
langkah-langkah seperti, Pertama menerima, yaitu menerima setiap
gambaran pikiran yang muncul di saat menerima. Setelah menerima kita
mengalir, setelah menerima dan mengalir kita tersenyum. Kenapa
tersenyum? Karena di setiap putaran waktu ada Tuhan. Demikian caranya
kita berdamai dengan diri sendiri, Gede menjelaskan.
Untuk mereka yang masih pemula dalam
bermeditasi, Gede memberikan gambaran dengan membayangkan kekurangan dan
ketidaksempurnaan kita seperti bayi yang baru lahir dan menangis. Lalu
munculkan kesadaran seperti samudera luas yang menerima apa saja yang
datang.
Kalau kita bisa punya kesadaran seluas samudera, kita bisa menerima semua hal dalam diri kita, katanya.
Samudera itu mau dikasih batu, kayu,
emas, atau apapun diterima. Hal yang sama terjadi tatkala kita
menyembuhkan diri. Ketidakcantikan kita, kekurangan kita, masa lalu kita
yang buruk seperti sampah-sampah yang dibuang ke samudera, semua
diterima, sambung Gede.
Karena itu saran Gede, seseorang harus dapat belajar menerima.
Karena tidak semua hal yang kita inginkan
bisa tercapai sesuai yang kita inginkan, baiknya terima saja semuanya,
kata dia, benar.
Gede berpesan, jangan sampai seseorang memelihara ketidakpuasan.
Ketidakpuasan itu seperti sampah tapi oleh samudera sampah itu diterima, tambah Gede.
Selanjutnya, untuk mencapai kualitas hidup yang baik, seseorang harus menjaga keseimbangan antara keinginan dan kemampuan.
Orang menderita karena keinginannya lebih
tinggi dari kemampuan. Karena itu agar dapat damai dengan diri sendiri
kita harus bisa menjaga keseimbangan antara keinginan dan kemampuan
kita. Misalkan, kemampuannya SD tapi keinginannya SMA. Maka orang
menderita karena keinginannya lebih tinggi dari kemampuannya.
Intinya, jika Anda ingin mencapai
perdamaian dan spiritual, mulai berdamailah dengan diri sendiri,
terutama dengan ketidaksempurnaan.
Compassion Menuju Perdamaian
Compassion yang berarti belas kasih atau kasih sayang bisa menjadi salah satu langkah penting menuju perdamaian.
Gede yang baru saja meluncurkan buku
terbarunya yang berjudul compassion ini menjelaskan, compassion memiliki
tingkatan tertentu. Pada tingkatan yang sudah baik, kita akan menemukan
bahwa kebahagiaan kita adalah kebahagiaan orang lain dan kesedihan
orang adalah kesedihan kita. Dengan cara itu lebih mudah kita berdamai.
Lantas, apa yang menandakan bahwa compassion kita sudah mulai baik?
Lihatlah diri kita ketika kita disakiti,
dicaci, dan dimaki. Kalau kita masih marah atau ada perasaan ingin balas
dendam, artinya compassion kita masih belum sempurna, katanya.
Jika kita disakiti, dicaci, dan dimaki
kita masih bisa diam, tidak komplain, bisa dibilang bagus. Walau hati
kita masih terasa panas tidak apa-apa karena kita bisa diam menghadapi
itu, lanjut Gede.
Dengan compassion kita bisa berhenti
berkelahi dengan semuanya, berhenti berkelahi dengan diri sendiri dan
dengan orang lain. Kalau compassion kita sudah bagus hal yang terjadi
yang bias kita lakukan adalah S3 atau senyum-senyum saja walau kita
dicaci dan dimaki orang, jelas Gede.
Meditasi dapat menyempurnakan kualitas compassion kita. Dengan cara menerima, mengalir, dan senyum.
Karena pendekatan meditasi hanya terima,
mengalir dan senyum. Selalu begitu pada apa saja yang datang saat ini
dalam hidup kita. Dengan menjalankan terima, mengalir, dan senyum,
banyak yang bisa disembuhkan dengan langkah sederhana itu, tutup Gede.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar