Kerja ditahbiskan Sebagai Yang Suci
Kerja adalah bagian yang utuh dari kehidupan atau merupakan intisari
kehidupan. Manusia diciptakan dan ditempatkan Allah di dunia ini
pertamatama adalah untuk menjalankan karya penyelamatan Allah. Manusia
dijadikan sebagai kawan sekerjaNya atau mitra kerja Allah. Karya
penyelamatan Allah dijalankan manusia di dunia dalam segala hal yang
berkenan kepada-Nya, termasuk bekerja. Karena Allah sendiri bekerja,
maka manusia bekerja menjalankan karya penyelamatan Allah. Kerja itu
merupakan ungkapan hakekat Allah, demikian pula kerja itu termasuk
hakekat manusia.
Kejadian 1 menjelaskan Allah adalah Pekerja dan Ia menginginkan manusia yang dicipta menurut gambar dan
rupa-Nya juga bekerja. Kerja ditahbiskan Allah sebagai sesuatu yang
suci, menyukacitakan dan diberkati, sehingga selesai menciptakan Ia
mengatakan semuanya baik. Jadi, Allah menetapkan bahwa kerja itu baik.
Kerja adalah sebuah panggilan Allah kepada manusia yang diciptakannya
sehingga kita disebut sebagai mitra kerja Allah dalam mengelola bumi.
Maka bekerja merupakan salah satu aspek dari ibadah. Kerja menjadi
peraturan ilahi, panggilan dan perintah.
Sebagai bagian rencana Allah sejak awal mulanya, maka kerja merupakan
sesuatu yang kudus. Menyatu dalam tujuan Ilahi bagi manusia. Hal ini
tersirat dalam perintah ke-4 dari Sepuluh Firman. Jelas bagi kita bahwa
sebelum kejatuhan manusia dalam dosa, pekerjaan itu baik dan
menyenangkan. Kerja adalah karya menghasilkan sesuatu yang teratur dan
rapi, suatu mandat (kuasa) kepada manusia, yang mendatangkan kepenuhan
dan kenikmatan.
Tegasnya, manusia bekerja sebelum Kejatuhan, dan Allah terus meminta
manusia untuk bekerja setelah Kejatuhan, meskipun tugas menjadi lebih
sulit. Kejatuhan tidak mengubah Mandat Penciptaan, melainkan itu
menambah peran manusia sebagai rekan kerja, dan sekarang manusia
membantu Allah dalam karya penebusan, yang meliputi restorasi ciptaan
Allah.
Tuhan mencipta kita bukan sejak dunia jatuh dalam dosa tetapi sejak
dunia berada dalam kemurnian dan kebenaran untuk mengelola dan
memelihara taman. Berarti sejak semula tidak ada natur apapun yang tidak
menyetujui manusia harus bekerja dan ketika tidak bekerja maka kita
sedang melanggar natur kita. Jadi, kerja adalah baik bagi manusia, bukan
saja karena melalui kerja manusia dapat mengubah alam menjadi sumber
pemenuhan kebutuhannya melainkan karena melalui kerja manusia menjadi
lebih manusiawi. Pada hakikatnya kerja menjadi sebuah kebutuhan mendasar
dari setiap orang yang normal maupun cacat.
Sesuai dengan kasih karunia kerja manusia telah disucikan menjadi kerja
yang kekal, maksudnya bahwa kerja manusia bagi Allah adalah kerja yang
berdampak dalam kekekalan (Yoh 15:16). Dalam hal ini manusia diperkenan
menjadi kawan sekerja Allah. Inilah maksud dan tujuan kekal Allah
menciptakan manusia. Di tempat masing-masing sesuai dengan panggilan
khusus yang diemban anak-anakNya sebagai pedagang, arsitek, dokter,
guru, petani dan lain sebagainya semuanya memberi diri bagi kepentingan
penerusan karya salib Tuhan bagi dunia ini.
Bila terjadi demikian maka kerja tidak lagi menjadi beban dengan susah
payah, kerja merupakan sukacita pengabdian bagi Tuhan. Ukuran sukses
kerja terletak pada: Apakah dengan hasil pekerjaan dan melakukan
pekerjaan tersebut nama Tuhan dipermuliakan dan pekerjaan Tuhan dalam
penerusan karya salib Tuhan diatas muka bumi ini didukung.
Secara tidak wajar manusia telah membagibagi pekerjaan menjadi yang
duniawi dan yang suci, tetapi Alkitab tidak mengatakan demikian.
Pekerjaan kita seharusnya menjadi tempat kita melayani Tuhan dan sesama.
Tempat kita bekerja harus merupakan tempat ibadah kita dan tempat kita
menaruh pelita kita untuk menjadi saksi. kerja dimaksudkan untuk menjadi
panggilan Tuhan dan pelayanan.
Semua pekerjaan dianggap sebagai pelayanan kepada Tuhan, karena ada
yang membedakan pekerjaan yang “suci” (seperti: Pendeta, Gembala,
Pastor, dsbnya) dan pekerjaan sebagai guru, dokter, petani dan
sebagainya sebagai yang “sekuler”. Pada prinsipnya, semua jenis
pekerjaan adalah ‘kudus,’ sejauh mereka lakukan dalam iman dan dalam
ketaatan kepada Allah. Jadi semua pekerjaan, baik yang “suci dan
sekuler, intelektual dan manual”, sebagai cara-cara melayani Allah.
Tempat kita bekerja harus merupakan tempat ibadah kita dan tempat kita
menaruh pelita kita untuk menjadi saksi.
Dalam Perjanjian Baru, kerja sangat dihargai lebih sebagai karakter
utama menjabat sebagai buruh manual: Yesus sebagai tukang kayu, beberapa
murid sebagai nelayan dan pemungut cukai, dan Paulus sebagai pembuat
tenda. Yesus diidentifikasi dengan pekerja bersama melalui
perumpamaan-Nya. Juga, Kitab Suci memerintahkan kerja keras bagi semua
orang berbadan sehat dan mengutuk kemalasan bahkan sambil berharap untuk
segera kembali dramatis Yesus (Kolose 3:23;. 2 Tesalonika 3:10).
Kristen “memberi budak dan nilai pekerja sebagai orang yang mencintai
Allah” .
Kerja Sebagai Anugerah
Jadi, kerja menurut konsep Alkitabiah merupakan suatu anugerah bahkan
mandat atau amanat yang diberikan Tuhan kepada manusia sebagai suatu
ibadah kepada-Nya dan sebagai bukti pelayanan manusia kepada sesamanya.
Sesuai dengan kasih karunia Allah, manusia diperkenankan oleh Allah
untuk menjadi kawan sekerja Allah, dalam arti bahwa manusia dapat
bekerja sama dengan Allah untuk melayani Dia karena segala sesuatu
adalah dari Dia, oleh Dia dan bagi kemuliaan-Nya.
Pandangan positif kerja adalah sikap Kristen yang berlaku untuk abad
pertama setelah para Rasul. dalam mengintegrasikan iman dalam kehidupan
sehari-hari mereka-sebuah gaya hidup holistik-mana semua kesadaran,
aktivitas, pekerjaan dan kenikmatan memiliki tujuan menghormati dan
memuliakan Allah. Mereka menekankan ketekunan dalam pekerjaan mereka,
sebagai jawaban panggilan Allah, yang tujuannya adalah untuk melayani
Tuhan dan masyarakat. Jadinya, Iman merupakan pusat spiritualitas kerja.
Artinya hati si pekerja, terarah kepada Tuhan sementara ia hidup dan
bekerja.
Makna bekerja dalam budaya Ibrani memiliki nilai jauh di atas budaya
Yunani-Romawi. Dalam budaya Ibrani karya inteletual sama dengan kerja
fisik. Bahkan rabi yang mengajar juga bekerja untuk dukungan keuangan,
seperti Yesus (Markus 6:3) dan Paulus (Kisah 18:3). Menyeimbangkan
intelektual dengan keterampilan fisik, hampir setiap anak lakilaki
Yahudi diajarkan bagaimana bekerja dengan tangannya dalam perdagangan
untuk mendukung dirinya sendiri secara finansial.
Dalam pandangan Kristen tujuan kerja bukan gengsi dan kehormatan
walaupun menyetujui bahwa hasil pekerjaan adalah tujuan terpenting.
Namun harus dipahami bahwa hasil itu bukan dinikmati sendiri tetapi juga
untuk kebutuhan sesama dan masyarakat serta untuk memuliakan Tuhan.
Manusia diciptakan dan ditempatkan oleh Allah di dunia ini pertama-tama
adalah untuk menjalankan karya penyelamatan Allah. Manusia dijadikan
Allah sebagai kawan sekerja-Nya atau mitra kerja Allah.Karya
penyelamatan Allah dijalankan oleh manusia di dunia dalam segala hal
yang berkenan kepada-Nya, termasuk bekerja. Karena Allah sendiri
bekerja, maka manusia bekerja menjalankan karya penyelamatan Allah. Oleh
karena itu kerja merupakan hal yang sangat penting bagi manusia
termasuk orang-orang Kristen.
Jadi hak atas pekerjaan merupakan suatu hak asasi manusia, sebagaimana
hak atas hidup. Hak atas kerja dimiliki manusia hanya karena dia adalah
manusia. Kerja melekat pada manusia karena Allah Pencipta adalah
Pekerja, maka tak seorangpun dapat merampasnya. Selanjutnya kerja
merupakan perwujudan diri manusia, melalui kerja manusia merealisasikan
dirinya sebagai manusia dan sekaligus membangun hidup dan lingkungannya
yang lebih manusiawi dengan tujuan memuliakan Tuhan.
Allah Yang Terus Bekerja
Perjanjian pertama yang dilakukan antara Allah dan Adam, manusia
pertama, wakil dari semua manusia dan dikenal dengan istilah “Perjanjian
Kerja.” Allah menuntut manusia hidup di dalam ketaatan kepadaNya dan Ia
berjanji memberikan berkatNya kepada mereka, yaitu suatu kehidupan di
dalam taraf yang tinggi, hidup di atas kematian. Disebut sebagai
Perjanjian Kerja oleh karena adanya kondisi kerja yang ditetapkan
bersama. Kerap juga disebut dengan nama lain, yaitu sebagai perjanjian
kehidupan olehkarena berisi janji kehidupan atau perjanjian legal oleh
karena adanya tuntutan ketaatan sempurna kepada hukum Allah. Disinilah
tanggungjawab manusia dalam kerja dituntut.
Kerja adalah bagian yang hakiki dan luhur dari kemanusiaan kita,
karena, pertama: Allah adalah Allah yang bekerja. Allah yang bersukacita
melihat hasil karyaNya (Kej.1:31). Ia terus bekerja hingga hari ini
(Yoh.15:17). Karena manusia diciptakan segambar dengan Allah yang
bekerja, maka kita harus juga bekerja. Kedua, sejak awal diciptakan,
manusia diperintahkan untuk bekerja, dalam rangka menunaikan mandat
Ilahi yang luhur untuk mengelola bumi ciptaan Allah dan segala isinya.
Bekerja merupakan sesuatu yang mulia, yang melekat pada natur manusia
sejak awal ia diciptakan, bukan kutuk karena kejatuhannya. Kejatuhan
manusia dalam dosa menyebabkan manusia menempatkan dirinya sebagai pusat
dari segala sesuatu, termasuk tujuan kerjanya. Sehingga kerja dimaknai
hanya sebagai cara manusia untuk mempertahankan hidupnya, memenuhi
kebutuhannya dan alat mengaktualisasikan diri.
Secara Alkitabiah, bekerja pertama-tama adalah respon ketaatan kepada
Allah, untuk menunaikan panggilanNya mengelola dunia ciptaanNya demi
kemuliaanNya, sesuai peran yang Ia percayakan kepada kita masing-masing.
Selanjutnya, bekerja adalah untuk berkarya, menghasilkan sesuatu yang
bermanfaat bagi sesama, dalam bentuk barang maupun jasa.
Kerja merupakan hal yang sangat esensial dalam seluruh kehidupan
manusia, karena dengan bekerja manusia dapat mengubah alam menjadi
sumber pemenuhan kebutuhannya.
Mengapa kerja penting bagi orang Kristen adalah karena terus bekerja.
Allah yang aktif. Allah yang bertindak. Allah sekalipun pemilik segala
sesuatu, tetap bekerja. Bekerja adalah bagian hakikat dari-Nya. Allah
adalah Pekerja yang sesungguhnya. Juga karena bekerja adalah hakikat
Allah, maka bekerja juga merupakan hakikat manusia itu sendiri. Bekerja
adalah tugas manusia di dunia.
Kerja adalah baik bagi manusia: tidak hanya layak dan berguna, juga
sesuai martabat manusia. Makna etika kerja: manusia tidak hanya mengubah
alam, dan menyesuaikan dengan kebutuhan, tapi ia mencapai pemenuhan
manusia dan menjadi lebih dari seorang manusia. Dapat pula disebut bahwa
kerja adalah tanda terima kasih manusia kepada Allah (pelayanan kepada
Allah), karena mereka dipanggil ke dalam kerajaan Allah melalui Kristus
dalam persekutuan dengan Allah.
Tujuan dari bekerja adalah untuk mencintai dan menyembah Allah, untuk
melayani orang lain, mengembangkan karakter, menyediakan kebutuhan,
serta mendapatkan keuangan untuk berinvestasi. Kerja bukan hanya
bertujuan untuk mendapatkan gaji, mengubah status, tapi ini adalah
tentang melayani manusia dan Allah, yang menetapkan kerja. Jadi,
pengabdian kepada Allah dan sesama memiliki tempat utama di atas
pengabdian kepada diri sendiri.
Tujuan bekerja dalam paradigma Kristiani ialah agar kita menjadi
seperti Kristus: dalam kesungguhan hati, konsistensi, dan tanggung
jawab; dalam kasih, solidaritas, dan keberanian; dalam kecerdasan,
kreatifitas, dan inovasi; serta dalam visi, konsekrasi, dan kesetiaan.
Dari perspektif teologi, makna dan tujuan hidup manusia hanya dapat
ditemukan secara penuh sejauh hidup kita mempunyai hubungan yang positif
dan produktif dengan Allah. Hidup yang bermakna dan hidup yang
bertujuan hanya dapat ditemukan secara penuh sejauh kita menyadari Allah
sungguh-sungguh menganggap penting hidup kita, dan tahu persis bahwa
Allah menginginkan sesuatu yang besar untuk dilakukan bersamaNya melalui
hidup kita, untuk kemuliaan Allah dan tujuan-tujuan kehidupan ini
secara luas.
Pdt. Jhonly Manorek, M.Th
(Melayani di Jemaat Trifena Karegesan)
Majalah DODOKU Edisi No. XXII Agustus 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar