TEKS BERJALAN

EMERENSIA TANGKAS: SAYA PANCASILA. READINESS AND SACRIFICE

Minggu, 15 Februari 2015

Kerja menurut pandangan Teologis

Kerja ditahbiskan Sebagai Yang Suci
 
Kerja adalah bagian yang utuh dari kehidupan atau merupakan intisari kehidupan. Manusia diciptakan dan ditempatkan Allah di dunia ini pertamatama adalah untuk menjalankan karya penyelamatan Allah. Manusia dijadikan sebagai kawan sekerjaNya atau mitra kerja Allah. Karya penyelamatan Allah dijalankan manusia di dunia dalam segala hal yang berkenan kepada-Nya, termasuk bekerja. Karena Allah sendiri bekerja, maka manusia bekerja menjalankan karya penyelamatan Allah. Kerja itu merupakan ungkapan hakekat Allah, demikian pula kerja itu termasuk hakekat manusia.

Kejadian 1 menjelaskan Allah adalah Pekerja dan Ia menginginkan manusia yang dicipta menurut gambar dan rupa-Nya juga bekerja. Kerja ditahbiskan Allah sebagai sesuatu yang suci, menyukacitakan dan diberkati, sehingga selesai menciptakan Ia mengatakan semuanya baik. Jadi, Allah menetapkan bahwa kerja itu baik. Kerja adalah sebuah panggilan Allah kepada manusia yang diciptakannya sehingga kita disebut sebagai mitra kerja Allah dalam mengelola bumi. Maka bekerja merupakan salah satu aspek dari ibadah. Kerja menjadi peraturan ilahi, panggilan dan perintah.  
Sebagai bagian rencana Allah sejak awal mulanya, maka kerja merupakan sesuatu yang kudus. Menyatu dalam tujuan Ilahi bagi manusia. Hal ini tersirat dalam perintah ke-4 dari Sepuluh Firman. Jelas bagi kita bahwa sebelum kejatuhan manusia dalam dosa, pekerjaan itu baik dan menyenangkan. Kerja adalah karya menghasilkan sesuatu yang teratur dan rapi, suatu mandat (kuasa) kepada manusia, yang mendatangkan kepenuhan dan kenikmatan.
Tegasnya, manusia bekerja sebelum Kejatuhan, dan Allah terus meminta manusia untuk bekerja setelah Kejatuhan, meskipun tugas menjadi lebih sulit. Kejatuhan tidak mengubah Mandat Penciptaan, melainkan itu menambah peran manusia sebagai rekan kerja, dan sekarang manusia membantu Allah dalam karya penebusan, yang meliputi restorasi ciptaan Allah.
Tuhan mencipta kita bukan sejak dunia jatuh dalam dosa tetapi sejak dunia berada dalam kemurnian dan kebenaran untuk mengelola dan memelihara taman. Berarti sejak semula tidak ada natur apapun yang tidak menyetujui manusia harus bekerja dan ketika tidak bekerja maka kita sedang melanggar natur kita. Jadi, kerja adalah baik bagi manusia, bukan saja karena melalui kerja manusia dapat mengubah alam menjadi sumber pemenuhan kebutuhannya melainkan karena melalui kerja manusia menjadi lebih manusiawi. Pada hakikatnya kerja menjadi sebuah kebutuhan mendasar dari setiap orang yang normal maupun cacat.
Sesuai dengan kasih karunia kerja manusia telah disucikan menjadi kerja yang kekal, maksudnya bahwa kerja manusia bagi Allah adalah kerja yang berdampak dalam kekekalan (Yoh 15:16). Dalam hal ini manusia diperkenan menjadi kawan sekerja Allah. Inilah maksud dan tujuan kekal Allah menciptakan manusia. Di tempat masing-masing sesuai dengan panggilan khusus yang diemban anak-anakNya sebagai pedagang, arsitek, dokter, guru, petani dan lain sebagainya semuanya memberi diri bagi kepentingan penerusan karya salib Tuhan bagi dunia ini.
Bila terjadi demikian maka kerja tidak lagi menjadi beban dengan susah payah, kerja merupakan sukacita pengabdian bagi Tuhan. Ukuran sukses kerja terletak pada: Apakah dengan hasil pekerjaan dan melakukan pekerjaan tersebut nama Tuhan dipermuliakan dan pekerjaan Tuhan dalam penerusan karya salib Tuhan diatas muka bumi ini didukung.
Secara tidak wajar manusia telah membagibagi pekerjaan menjadi yang duniawi dan yang suci, tetapi Alkitab tidak mengatakan demikian. Pekerjaan kita seharusnya menjadi tempat kita melayani Tuhan dan sesama. Tempat kita bekerja harus merupakan tempat ibadah kita dan tempat kita menaruh pelita kita untuk menjadi saksi. kerja dimaksudkan untuk menjadi panggilan Tuhan dan pelayanan.
Semua pekerjaan dianggap sebagai pelayanan kepada Tuhan, karena ada yang membedakan pekerjaan yang “suci” (seperti: Pendeta, Gembala, Pastor, dsbnya) dan pekerjaan sebagai guru, dokter, petani dan sebagainya sebagai yang “sekuler”. Pada prinsipnya, semua jenis pekerjaan adalah ‘kudus,’ sejauh mereka lakukan dalam iman dan dalam ketaatan kepada Allah. Jadi semua pekerjaan, baik yang “suci dan sekuler, intelektual dan manual”, sebagai cara-cara melayani Allah. Tempat kita bekerja harus merupakan tempat ibadah kita dan tempat kita menaruh pelita kita untuk menjadi saksi.
Dalam Perjanjian Baru, kerja sangat dihargai lebih sebagai karakter utama menjabat sebagai buruh manual: Yesus sebagai tukang kayu, beberapa murid sebagai nelayan dan pemungut cukai, dan Paulus sebagai pembuat tenda. Yesus diidentifikasi dengan pekerja bersama melalui perumpamaan-Nya. Juga, Kitab Suci memerintahkan kerja keras bagi semua orang berbadan sehat dan mengutuk kemalasan bahkan sambil berharap untuk segera kembali dramatis Yesus (Kolose 3:23;. 2 Tesalonika 3:10). Kristen “memberi budak dan nilai pekerja sebagai orang yang mencintai Allah” .
 
Kerja Sebagai Anugerah
Jadi, kerja menurut konsep Alkitabiah merupakan suatu anugerah bahkan mandat atau amanat yang diberikan Tuhan kepada manusia sebagai suatu ibadah kepada-Nya dan sebagai bukti pelayanan manusia kepada sesamanya. Sesuai dengan kasih karunia Allah, manusia diperkenankan oleh Allah untuk menjadi kawan sekerja Allah, dalam arti bahwa manusia dapat bekerja sama dengan Allah untuk melayani Dia karena segala sesuatu adalah dari Dia, oleh Dia dan bagi kemuliaan-Nya.
Pandangan positif kerja adalah sikap Kristen yang berlaku untuk abad pertama setelah para Rasul. dalam mengintegrasikan iman dalam kehidupan sehari-hari mereka-sebuah gaya hidup holistik-mana semua kesadaran, aktivitas, pekerjaan dan kenikmatan memiliki tujuan menghormati dan memuliakan Allah. Mereka menekankan ketekunan dalam pekerjaan mereka, sebagai jawaban panggilan Allah, yang tujuannya adalah untuk melayani Tuhan dan masyarakat. Jadinya, Iman merupakan pusat spiritualitas kerja. Artinya hati si pekerja, terarah kepada Tuhan sementara ia hidup dan bekerja.
Makna bekerja dalam budaya Ibrani memiliki nilai jauh di atas budaya Yunani-Romawi. Dalam budaya Ibrani karya inteletual sama dengan kerja fisik. Bahkan rabi yang mengajar juga bekerja untuk dukungan keuangan, seperti Yesus (Markus 6:3) dan Paulus (Kisah 18:3). Menyeimbangkan intelektual dengan keterampilan fisik, hampir setiap anak lakilaki Yahudi diajarkan bagaimana bekerja dengan tangannya dalam perdagangan untuk mendukung dirinya sendiri secara finansial.
Dalam pandangan Kristen tujuan kerja bukan gengsi dan kehormatan walaupun menyetujui bahwa hasil pekerjaan adalah tujuan terpenting. Namun harus dipahami bahwa hasil itu bukan dinikmati sendiri tetapi juga untuk kebutuhan sesama dan masyarakat serta untuk memuliakan Tuhan.
Manusia diciptakan dan ditempatkan oleh Allah di dunia ini pertama-tama adalah untuk menjalankan karya penyelamatan Allah. Manusia dijadikan Allah sebagai kawan sekerja-Nya atau mitra kerja Allah.Karya penyelamatan Allah dijalankan oleh manusia di dunia dalam segala hal yang berkenan kepada-Nya, termasuk bekerja. Karena Allah sendiri bekerja, maka manusia bekerja menjalankan karya penyelamatan Allah. Oleh karena itu kerja merupakan hal yang sangat penting bagi manusia termasuk orang-orang Kristen.
Jadi hak atas pekerjaan merupakan suatu hak asasi manusia, sebagaimana hak atas hidup. Hak atas kerja dimiliki manusia hanya karena dia adalah manusia. Kerja melekat pada manusia karena Allah Pencipta adalah Pekerja, maka tak seorangpun dapat merampasnya. Selanjutnya kerja merupakan perwujudan diri manusia, melalui kerja manusia merealisasikan dirinya sebagai manusia dan sekaligus membangun hidup dan lingkungannya yang lebih manusiawi dengan tujuan memuliakan Tuhan.
 
Allah Yang Terus Bekerja
Perjanjian pertama yang dilakukan antara Allah dan Adam, manusia pertama, wakil dari semua manusia dan dikenal dengan istilah “Perjanjian Kerja.” Allah menuntut manusia hidup di dalam ketaatan kepadaNya dan Ia berjanji memberikan berkatNya kepada mereka, yaitu suatu kehidupan di dalam taraf yang tinggi, hidup di atas kematian. Disebut sebagai Perjanjian Kerja oleh karena adanya kondisi kerja yang ditetapkan bersama. Kerap juga disebut dengan nama lain, yaitu sebagai perjanjian kehidupan olehkarena berisi janji kehidupan atau perjanjian legal oleh karena adanya tuntutan ketaatan sempurna kepada hukum Allah. Disinilah tanggungjawab manusia dalam kerja dituntut.
Kerja adalah bagian yang hakiki dan luhur dari kemanusiaan kita, karena, pertama: Allah adalah Allah yang bekerja. Allah yang bersukacita melihat hasil karyaNya (Kej.1:31). Ia terus bekerja hingga hari ini (Yoh.15:17). Karena manusia diciptakan segambar dengan Allah yang bekerja, maka kita harus juga bekerja. Kedua, sejak awal diciptakan, manusia diperintahkan untuk bekerja, dalam rangka menunaikan mandat Ilahi yang luhur untuk mengelola bumi ciptaan Allah dan segala isinya.
Bekerja merupakan sesuatu yang mulia, yang melekat pada natur manusia sejak awal ia diciptakan, bukan kutuk karena kejatuhannya. Kejatuhan manusia dalam dosa menyebabkan manusia menempatkan dirinya sebagai pusat dari segala sesuatu, termasuk tujuan kerjanya. Sehingga kerja dimaknai hanya sebagai cara manusia untuk mempertahankan hidupnya, memenuhi kebutuhannya dan alat mengaktualisasikan diri.
Secara Alkitabiah, bekerja pertama-tama adalah respon ketaatan kepada Allah, untuk menunaikan panggilanNya mengelola dunia ciptaanNya demi kemuliaanNya, sesuai peran yang Ia percayakan kepada kita masing-masing. Selanjutnya, bekerja adalah untuk berkarya, menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi sesama, dalam bentuk barang maupun jasa.
Kerja merupakan hal yang sangat esensial dalam seluruh kehidupan manusia, karena dengan bekerja manusia dapat mengubah alam menjadi sumber pemenuhan kebutuhannya.
Mengapa kerja penting bagi orang Kristen adalah karena terus bekerja. Allah yang aktif. Allah yang bertindak. Allah sekalipun pemilik segala sesuatu, tetap bekerja. Bekerja adalah bagian hakikat dari-Nya. Allah adalah Pekerja yang sesungguhnya. Juga karena bekerja adalah hakikat Allah, maka bekerja juga merupakan hakikat manusia itu sendiri. Bekerja adalah tugas manusia di dunia.
Kerja adalah baik bagi manusia: tidak hanya layak dan berguna, juga sesuai martabat manusia. Makna etika kerja: manusia tidak hanya mengubah alam, dan menyesuaikan dengan kebutuhan, tapi ia mencapai pemenuhan manusia dan menjadi lebih dari seorang manusia. Dapat pula disebut bahwa kerja adalah tanda terima kasih manusia kepada Allah (pelayanan kepada Allah), karena mereka dipanggil ke dalam kerajaan Allah melalui Kristus dalam persekutuan dengan Allah.
Tujuan dari bekerja adalah untuk mencintai dan menyembah Allah, untuk melayani orang lain, mengembangkan karakter, menyediakan kebutuhan, serta mendapatkan keuangan untuk berinvestasi. Kerja bukan hanya bertujuan untuk mendapatkan gaji, mengubah status, tapi ini adalah tentang melayani manusia dan Allah, yang menetapkan kerja. Jadi, pengabdian kepada Allah dan sesama memiliki tempat utama di atas pengabdian kepada diri sendiri.
Tujuan bekerja dalam paradigma Kristiani ialah agar kita menjadi seperti Kristus: dalam kesungguhan hati, konsistensi, dan tanggung jawab; dalam kasih, solidaritas, dan keberanian; dalam kecerdasan, kreatifitas, dan inovasi; serta dalam visi, konsekrasi, dan kesetiaan.
Dari perspektif teologi, makna dan tujuan hidup manusia hanya dapat ditemukan secara penuh sejauh hidup kita mempunyai hubungan yang positif dan produktif dengan Allah. Hidup yang bermakna dan hidup yang bertujuan hanya dapat ditemukan secara penuh sejauh kita menyadari Allah sungguh-sungguh menganggap penting hidup kita, dan tahu persis bahwa Allah menginginkan sesuatu yang besar untuk dilakukan bersamaNya melalui hidup kita, untuk kemuliaan Allah dan tujuan-tujuan kehidupan ini secara luas.
 
Pdt. Jhonly Manorek, M.Th
(Melayani di Jemaat Trifena Karegesan)
Majalah DODOKU Edisi No. XXII Agustus 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar