TEKS BERJALAN

EMERENSIA TANGKAS: SAYA PANCASILA. READINESS AND SACRIFICE

Sabtu, 06 Oktober 2018

Apa Kabar Rupiah?

Ilustrator : Ignatius Restu

“Saya dan sesama rekan avengers siap menghadapi Thanos (sosok yang berusaha merugikan sumber daya manusia)” 

Halo warga ekonomi seperti yang kita sudah tau beberapa minggu yang lalu kita dikejutkan dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar yang hampir mencapai ambang psikologis yakni Rp 15.000 per dolar AS.
Kalau kita bertanya apa sih penyebabnya? Sebenarnya terdapat beberapa hal yang membuat dolar semakin menguat diantaranya;
1. Permintaan dolar yang tinggi dari masyarakat
Tekanan nilai tukar terjadi bila permintaan terhadap valas lebih tinggi dari ketersediaan di pasar. Kegiatan ekspor-impor, pembayaran utang luar negeri, lalu permintaan yang berasal dari bisnis atau individu yang memiliki kepentingan untuk ke luar negeri dan alat transaksi yang berlaku untuk melakukan ekspor impor adalah dolar sebagai mata uang keras.
2. Adanya faktor eksternal seperti perang dagang antara AS dan China
Perang dagang antara dua kompetitor dagang terbesar dunia yang bermula dari keinginan Trump untuk menstabilkan inflasi di negaranya dengan menaikan bea impor dari produk-produk buatan China, terus berlanjut hingga serangan saling balas antara keduanya.
3. The fed menaikan suku bunga hingga hampir 2 persen
The fed menaikan suku bunga sebagai strategi balasan atas perang dagang antara AS dan China. Kenaikan suku bunga ini membuat para investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya ke negara-negara dengan kondisi perekonomian yang lebih stabil.

Poin terpenting dari peristiwa ini adalah mengetahui apa dampaknya bagi perekonomian Indonesia. Dampak jangka pendek adalah meningkatnya harga bahan baku impor yang tentu sangat dirasakan oleh pelaku-pelaku bisnis. Yang lebih penting lagi adalah hal ini berimbas pada berkurangnya kepercayaan investor.
Pemerintah pun mengambil sejumlah langkah hadapi pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Apalagi penyebab rupiah melemah didorong kekhawatiran defisit neraca transaksi berjalan dan perdagangan. Di satu sisi negara kita sedang mengeluarkan banyak dana untuk pengembangan infrastruktur
1. Langkah yang diambil pemerintah dari sektor energi dengan memperluas penerapan biodiesel 20 persen (B20) mulai 1 September 2018. Jadi, penerapan pencampuran 20 persen biodiesel dengan solar (B20) berlaku untuk solar subsidi dan nonsubsidi. Hal ini untuk menekan impor dan menghemat devisa.
2. Pemerintah juga mengkaji ulang proyek-proyek infrastruktur yang memiliki bahan impor yang tinggi. Tak hanya itu,baru-baru ini pemerintah juga mengendalikan impor barang konsumsi. Salah satunya dengan merevisi tarifpajak penghasilan (PPh) 22 untuk 1.147 barang impor.
3. Selain itu, pemerintah juga memberikan kemudahan perizinan untuk menarik investasi ke Indonesia. Salah satunya dengan meluncurkan sistem perizinan online terpadu (OSS). Pemerintah juga memberikan kemudahan dalam hal perpajakan.

ilustrator : Ignatius Restu


“Tentunya pemerintah tidak akan diam saja diantaranya dengan mengupayakan iklim investasi yang positif dan meningkatkan kualitas produk dalam negeri agar dapat berkompetisi di pasar dunia, kunci untuk merespon peristiwa ini adalah sinergi dari berbagai pihak” ungkap Jokowi.
Kita tidak perlu khawatir karena seperti yang dikatakan oleh Pak Jokowi dalam World Economic Forum on ASEAN Rabu, 12 September lalu “Saya dan sesama rekan avengers siap menghadapi Thanos (sosok yang berusaha merugikan sumber daya manusia)”. Artinya pemerintah tidak akan tinggal diam akan hal ini.

Lalu andil apa yang dapat kita lakukan? Langkah termudah yang dapat kita lakukan adalah dengan mulai mencintai produk dalam negeri sebagai upaya untuk mengurangi permintaan terhadap valas. #saverupiah [ETAW]

Ditulis oleh : Ezra Christian D dan Emerensia Tangkas Alma Wratsari
Ilustrator : Ignatius Restu
Diterbitkan pada September 2018 untuk keperluan HMPSM FE UAJY

Tidak ada komentar:

Posting Komentar