Dalam hidup banyak kita lalui
dinamika ada suka ada duka yang telah menjadi paket dalam satu kesatuan. Sering
kali saat bertemu kebahagiaan kita lupa bersyukur tapi begitu berjumpa dengan
masalah kita begitu mudah mengeluh, menangis itu manusiawi tapi pesanku; jangan
sampai kita tenggelam dalam kesedihan lalu melupakan bahwa kehidupan adalah
anugerah dari Sang Pencipta.
sumber: Google.com |
Aku gadis berusia 18 tahun,
nampaknya begitu sombong membicarakan tentang hidup. Mungkin anda bertanya “tahu
apa anak 18 tahun tentang hidup?”
Aku hanya membagikan apa yang kutahu tentang
hidup, karena lewat cara apa lagi aku berbagi semangat dengan orang lain. Malam
ini, imanku diuji dengan masalah dalam hidupku, berat, menangis sendirian. Tapi
disisi lain hidup harus tetap dijalani, sebab kalau belum waktunya “pulang”
kita tidak akan pergi kemanapun, keadaan tidak akan berubah tanpa kita yang
merubah. Sampai aku merasa rohku berbicara; “kamu yang kuat, selamatkan dirimu
terlebih dahulu baru kamu bisa selamatkan orang-orang disekitarmu, kalau kamu
mati bersama keadaan tidak ada yang bisa kamu selamatkan.”
Tuhan telah merencanakan “porsi”
kita, kekuatan jiwa dan raga setiap manusia sudah disesuaikan dengan apa yang
akan kita hadapi dalam hidup. Kekuatan pemikiran kita sudah Tuhan sesuaikan
dengan apa yang harus kita pikirkan dalam hidup. Kuncinya adalah kita harus
selamatkan diri kamu terlebih dahulu, baru kita bisa selamatkan orang lain. Kalau
kita mati bersama keadaan kita tidak akan menyelamatkan siapapun. Terkesan egois,
tetapi siapa yang akan memberi semangat kalau bukan memotivasi diri sendiri? Masa
depan masih terbentang luas, kita hidup bukan untuk diri kita sendiri tapi
untuk menolong orang lain. Banyak saudara di luar sana yang mendambakan
pertolongan, tapi berapa yang tergerak hatinya? Maka kita tidak boleh lemah,
kita harus kuat.
Sekarang,
tinggal bagaimana kita melihat sebuah penderitaan. Bukankah penderitaan ada
tidak lain untuk mengukur seberapa tangguh kekuatan jiwa kita, seberapa tangguh
kekuatan iman kita, seberapa tangguh kekuatan raga kita, seberapa tangguh
kekuatan intelektual kita. Penderitaan adalah bagian dari hidup, dan merupakan
sebuah anugerah supaya kekuasaan Tuhan melindungi kita, dan ketika kita
berhasil melalui penderitaan itu, orang lain dapat ikut bersuka cita memuliakan
Yang Maha Esa. Percayalah jika memang tugas sudah selesai dan sudah saatnya
pulang, kita akan pulang ke rumah-Nya. Semangat kawan JSleman 07 Februari 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar