TEKS BERJALAN

EMERENSIA TANGKAS: SAYA PANCASILA. READINESS AND SACRIFICE

Selasa, 07 Februari 2017

Hidup adalah Anugerah, termasuk “penderitaan” dimana penderitaan adalah bagian dari hidup.

Dalam hidup banyak kita lalui dinamika ada suka ada duka yang telah menjadi paket dalam satu kesatuan. Sering kali saat bertemu kebahagiaan kita lupa bersyukur tapi begitu berjumpa dengan masalah kita begitu mudah mengeluh, menangis itu manusiawi tapi pesanku; jangan sampai kita tenggelam dalam kesedihan lalu melupakan bahwa kehidupan adalah anugerah dari Sang Pencipta.

sumber: Google.com

Aku gadis berusia 18 tahun, nampaknya begitu sombong membicarakan tentang hidup. Mungkin anda bertanya “tahu apa anak 18 tahun tentang hidup?”
Aku hanya membagikan apa yang kutahu tentang hidup, karena lewat cara apa lagi aku berbagi semangat dengan orang lain. Malam ini, imanku diuji dengan masalah dalam hidupku, berat, menangis sendirian. Tapi disisi lain hidup harus tetap dijalani, sebab kalau belum waktunya “pulang” kita tidak akan pergi kemanapun, keadaan tidak akan berubah tanpa kita yang merubah. Sampai aku merasa rohku berbicara; “kamu yang kuat, selamatkan dirimu terlebih dahulu baru kamu bisa selamatkan orang-orang disekitarmu, kalau kamu mati bersama keadaan tidak ada yang bisa kamu selamatkan.”
Tuhan telah merencanakan “porsi” kita, kekuatan jiwa dan raga setiap manusia sudah disesuaikan dengan apa yang akan kita hadapi dalam hidup. Kekuatan pemikiran kita sudah Tuhan sesuaikan dengan apa yang harus kita pikirkan dalam hidup. Kuncinya adalah kita harus selamatkan diri kamu terlebih dahulu, baru kita bisa selamatkan orang lain. Kalau kita mati bersama keadaan kita tidak akan menyelamatkan siapapun. Terkesan egois, tetapi siapa yang akan memberi semangat kalau bukan memotivasi diri sendiri? Masa depan masih terbentang luas, kita hidup bukan untuk diri kita sendiri tapi untuk menolong orang lain. Banyak saudara di luar sana yang mendambakan pertolongan, tapi berapa yang tergerak hatinya? Maka kita tidak boleh lemah, kita harus kuat.
Sekarang, tinggal bagaimana kita melihat sebuah penderitaan. Bukankah penderitaan ada tidak lain untuk mengukur seberapa tangguh kekuatan jiwa kita, seberapa tangguh kekuatan iman kita, seberapa tangguh kekuatan raga kita, seberapa tangguh kekuatan intelektual kita. Penderitaan adalah bagian dari hidup, dan merupakan sebuah anugerah supaya kekuasaan Tuhan melindungi kita, dan ketika kita berhasil melalui penderitaan itu, orang lain dapat ikut bersuka cita memuliakan Yang Maha Esa. Percayalah jika memang tugas sudah selesai dan sudah saatnya pulang, kita akan pulang ke rumah-Nya. Semangat kawan J

                                                                                                                                        Sleman 07 Februari 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar