TEKS BERJALAN

EMERENSIA TANGKAS: SAYA PANCASILA. READINESS AND SACRIFICE

Sabtu, 28 Januari 2017

Hening dalam Doa



Setiap bangun di pagi hari aku selalu merasa Tuhan memberikan hidup yang baru, Ia memanggilku untuk merasakan berkat-Nya. Pukul 05.10 seharusnya alarm berbunyi, tapi  aku selalu terbangun sebelum alarm berbunyi, ya.. rupanya Ia membangunkanku lebih awal. Setiap pagi Ia mengundangku ke perjamuan-Nya, bagiku pagi adalah saat hening, dalam kesunyian pagi aku hadir di rumah, rumah bagiku dan rumah bagi setiap orang yang merindukan Ia, sebuah Kapel Tua
di lingkungan Kampus Sanatha Dharma Yogyakarta, Kapel Santo Robertus Belarminus. Bukan cerita singkat yang membawaku ke rumah tua itu di setiap pagi, aku menemukan rumah itu setelah perjalanan yang panjang.






18 Tahun yang lalu aku lahir dalam sebuah keluarga Katolik, sebuah keluarga besar yang menurutku penuh dengan cinta, sampai akhirnya perjalanan membawa keluargaku pada sebuah masalah yang besar, bahtera keluargaku mulai retak, orangtuaku bersampan dengan layarnya masing-masing. Sekalipun 2013 mereka kembali ke bahtera asal, rupanya layar yang sudah terlanjur koyak membuat kami terombang-ambing terus-menerus.




2013 aku berjumpa dengan seseorang dalam kegiatan Youth Dehonian Community, laki-laki sederhana dan renah hati yang membuatku jatuh hati, kami sering berjumpa dalam berbagai kegiatan gereja, setelah aku masuk Sekolah Menengah Atas kami semakin sering bertemu. 2016, ini adalah tahun ke empat dan saya tidak pernah merasakan jatuh hati seperti aku jatuh hati pada laki-laki ini, bahkan selama empat tahun itu namanya selalu kusebut dalam setiap doaku. Sampai akhiir 2016 ini menjadi ujian yang begitu berat, tapi aku merasa ada kekuatan besar dibelakangku, ada tangan kuat yang menopangku. Sekali lagi aku bersyukur terlahir dalam keluarga Katolik.




Pergantian tahun yang penuh kebimbangan, memasuki tahun kelima ada banyak hal yang berubah, ketika ada sesuatu yang berbeda aku merasa ada seseorang yang membuatku jatuh hati sejatuh-jatuhnya, merasa dicintai dengan begitu tulus. Namanya Yesus, aku jatuh hati pada-Nya. Sejak kecil, aku adalah pribadi yang menyukai keheningan, dalam keheningan kehadiran-Nya dapat kurasakan, dalam keheningan ada banyak cerita yang dapat direnungkan, juga dalam keheningan aku mendengar-Nya menyapaku.




Saat dibabtis ketika usiaku 3 bulan, aku dipermandikan dengan nama Emerensia. Santa Emerensia adalah sahabat Santa Agnes martir, ia juga seorang martir yang begitu tekun berdoa, ia diperingati seriap tanggal 23 Januari. Santa Emerensia juga selalu memanggil dan mengajakku untuk berdoa dalam hening, ia membimbingku untuk setia, ia begitu dekat, kami berjumpa setiap hari dalam doa, bersama Ia pula aku juga berjumpa dengan Bunda Maria, pribadi-Nya yang bijaksana, setia dan redah hati, membuat aku sangat mencintai-Nya.




Melewati study di perantauan berbeda pulau dengan keluarga bukanlah hal yang mudah, belum lagi harus menghadapi keluargaku yang memang kurang harmonis. Aku tidak bisa menemani mereka setiap waktu, untuk itu melalui doalah aku memberi kekuatan untuk mereka, melalui doa aku menyapa mereka, biarlah Allah yang menyampaikan rasa sayangku melalui kasih sayang-Nya yang sempurna. Keheningan, perenungan dan doa membawa setiap pribadi berjumpa dengan Allah penyelenggara hidup secara personal. Biarkan Ia berbicara, dengan rendah hati dengarkanlah Ia.


                Awal 2017 ini adalah perjalanan baru bagiku, aku menemukan tiga persimpangan yang harus aku lalui salah satunya, memilih untuk berkeluarga, selibat atau menjadi seorang biarawati. Biarlah dalam keheningan dan doa Tuhan menuntunku menuju jalan yang memang ia sediakan bagiku. Ini diriku, manusia yang lemah dan terbatas ini, berbicaralah aku siap mendengarkan suara-Mu.


                                                                                                Tangkas Alma Wratsari, Emerensia
                                                                                                       Yogyakarta, 28 Januari 2017

Tidak ada komentar:

Posting Komentar