TEKS BERJALAN

EMERENSIA TANGKAS: SAYA PANCASILA. READINESS AND SACRIFICE

Kamis, 23 Februari 2017

Boleh Yudha Berjumpa Sebentar Saja?

Boleh Berjumpa Sebentar Saja?

Ia berlari menuju halaman rumah  berharap ada yang dijumpai namun tepat pda langkh ke tujuh sebatang kayu menghalangi langkahnya, ia pun terjatuh, lalu menangis. Berlari pula sosok ibu usia kepala lima menghamprinya, mengulurkan tangan lalu menggendonya. Ya ia masih berusia 3 tahun.
“Ibu kok nggak pulang-pulang budhe? Kerjanya lama bener, Yudha pengen ketemu” ucap anak itu.
Sambil tersenyu wanita 52 tahun itu berkata; “Nanti pasti pulang, ibu lagi kerja, dia baik-baik aja.  Yudha sama mbak Lara sekolah dulu yang rajin, nanti kalo ibu pulang Yudha udah jadi anak pinter.”
Usianya baru tiga tahun, tapi dia anak yang berbeda, penuh semangat dan ceria. Ia kembali bermain, mengayuh sepeda roda tiga sekuat tenaga. Dengan tubuh bulat dan tak terlalu tinggi ia menjadi anak terkecil dintara dua teman yang kerab bermain sepeda dengannya, Itto dan Cia, selain memang karna usianya yang paling muda.

“Yudha.. pulang dek mandi.” Panggil bapak, dari jauh mbak Lara menghampiri,
anak perempuan kelas 6 Sekolah Dasar, satu-satunya mbak yang masih ada di rumah, karna mbak Palma anak sulung dalam keluarganya sedang menempuh sekolah di luar kota.
“Beli makan apa pak? Nasinya masih, tinggal beli sayur sama lauk aja.” Tanya Lara pada bapaknya. Memang semenjak kepergian ibu, tak ada yang memasak dirumah mereka harus membeli lauk dan sayur setiap hari, karena kalau untuk membayar tukang masak di rumah gaji Bapak dari mengajar tidak akan cukup untuk menabung. Sementara ada 3 anak sekolah yang harus dibiayai.
Ia melihat mbak Lara berdoa di kamarnya sambil menangis, Yudha tak tahu apa yang dimaksud kakaknya, dia hanya tahu mbak Lara sedang bersedih menahan rindu untuk kembali berjumpa dengan ibu, sama sepertinya.

***

Senja berlalu, Bapak sedang sibuk menjadi panitia pemilihan kepala daerah di TPS. Yudha dan mbak Lara dititipkan di rumah budhe, di sana ada mbak Gi yang sering menemani Yudha. Sampai pakde memanggil; “Lara, Yudha ini mbak Palma telpon..” dengan semangat mereka berlari berebut untuk berbicara duluan.
“Yudha mau ngomong.. mau ngomong lho..”
“Halooo… Yudha ya?” Ucap mbak Palma.
“Iya, Yudha tadi sekolah, lagi makan sama mbak Lara, mbak Palma kok pulangnya lama banget lho, ibu juga.”
“Kangen ya dek? Nanti bulan Juli mbak pulang kok, sabar, ditunggu ya. Kalo ibu lagi kerja cari uang buat adek, kapan-kapan kita kumpul bareng lagi ya dek. Yudha jangan nakal, jangan cengeng yaa. Yudha anak pinter kan?” Ucap mbak Palma dengan suara tertahan, sengaja menahan tangis.
“Pinter laaah.” Ucap Yudha.
“Mbak Lara mana dek?” Ucap mbak Palma.
“Haloo.. bulan juli pulang ya mbak? Jangan lupa bawain baju ya.. hehe.” Seperti biasa hanya hal-hal ringan yang diucapkan Lara meskipun sebenarnya ia ingin mencurahkan perasaannya, keadaan yang kini berat setelah ibu pergi.

***

“Adek.. Yudhaa..” terdengar suara ibu memanggil, yudha segera berlari mengampiri ibunya, bersama mbak Lara memeluknya. Terlihat ibu tersenyum, lalu tak lama kemudian menangis.
“Ibu kenapa?” Tanya mbak Lara.
“Nggak papa..” Ucap ibu “Mbak Lara sekolah yang rajin ya, jangan nakal sama adeknya, Yudha juga sekolah yang rajin, yang nurut sama bapak. Yudha kan anak pintar..”
Setelah berjumpa dengan ibu.. mereka kembali ke tempat tidur, ibu menemani mereka sampai terlelap dan mereka bisa beriatirahat dengan tenang karena sudah berjumpa dengan ibu.

***

Sampai mereka terbangun saat Bapak mengetuk pintu, membengunkan Lara dan Yudha tanpa ibu disisi mereka..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar