Makalah ini saya
posting dengan tujuan memberikan informasi dan referensi sekaligus
bentuk terima kasih kepada Sasmita Agri Waluya atas edukasi yang
diberikan dan HMPSM FE UAJY sebagai fasilitaor atas kunjungan.
SASMITA AGRI WALUYA
Oleh Kelompok 2 :
Emerensia Tangkas Alma Wratsari 160322471
Yonathan Elgan Hermanto 160322657
Agustina Eka Lusi Putriana 160322721
Andrea Zandiska Panjaitan 150322160
Ranita Ananda BR Tarigan 150322292
Universitas Atma
Jaya Yogyakarta
2017/2018
I.
Pendahuluan
Dunia
bisnis kini menjelma menjadi suatu trend
bagi berbagai kalangan. Banyak orang berlomba-lomba membangun berbagai macam
bisnis diberbagai bidang sehingga mampu mendatangkan keuntungan. Namun diantara
mereka, tidak semua memiliki kemampuan yang mumpuni dalam berbisnis. Padahal,
pengalaman dan pengetahuan yang baik dalam berbisnis merupakan komponen penting
bagi seseorang dalam merintis dan mengembangkan bisnisnya.
Salah
satu dasar penting dalam bisnis adalah kemampuan mengimplementasikan empat
pilar manajemen yaitu Sumber Daya Manusia, Operasi, Pemasaran dan Keuangan.
Tidak hanya menguasai teori saja namun praktik secara langsung dalam
pengelolaan karyawan, pemrosesan input
menjadi output, pemasaran produk atau
jasa hingga pengelolaan keuangan organisasi bisnis.
Pentingnya memiliki pengetahuan dan pengalaman bisnis tersebut mendorong kami untuk
melakukan kunjungan ke Usaha Kecil Menengah atau yang sering disingkat dengan
UKM. Kegiatan ini bertujuan sebagai sarana pembelajaran secara langsung bagi
mahasiswa/mahasiswi serta mengaplikasikan pilar-pilar Manajemen di dunia kerja
nantinya. Terlepas dari itu, acara ini juga bisa menjalin relasi dan hubungan
kerja sama antara HMPSM FE UAJY dengan UKM yang akan kami kunjungi. Oleh sebab itu, kami HMPSM FE UAJY mengadakan kegiatan Management Course bertemakan “Learn
Out, Get Your Experience”.
I.
Tujuan
Kegiatan
· Sebagai
sarana bagi para peserta untuk memahami pengaplikasian pilar - pilar Manajemen
di dunia kerja, khususnya UKM.
· Menjalin
relasi dan hubungan kerja sama sponsorship
antara HMPSM FE UAJY dengan UKM di sekitar Yogyakarta.
· Menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi peserta dalam dunia bisnis.
· Sebagai
bekal bagi para peserta baik dalam membangun usaha sendiri ataupun dalam dunia
kerja dimasa depan.
II.
Isi
A. Profil
UMKM
Grahatma Sasmita Agri Waluya merupakan Lembaga yang
bergerak dibidang pertanian organik. Dipilihnya gerakan pertanian alami berawal
dari keprihatinan paguyuban ini karena kemerosotan lingkungan oleh penggunaan
zat kimia sintetis untuk pertanian.
Adapun
mandat yang diemban Paguyuban Grahatma Sasmita Agri Waluya diantaranya :
a. Menjadi model pertanian yang di
kelola secara alami dari hulu hingga hilir, yaitu sejak dari awal persiapan
lahan hingga paska panen;
b. Menyebarluaskan nilai-nilai yang
diwariskan oleh leluhur melalui pertanian alami untuk senantiasa merawat
lingkungan, sosial dan budaya lokal;
c. Memfasilitasi proses pembelajaran
para petani demi terwujudnya agen pemberdaya yang mampu meningkatkan kualitas
kehidupan;
d. Memfasilitasi produsen dan konsumen
untuk mewujudkan perdagangan yang adil dan terbuka (fair trade)
Adapun
pengejawantahan mandate tersebut dijabarkan dalam beberapa aktivitas, yakni :
a. Pengejawantahan mandat tersebut
dijabarkan dalam aktivitas;
b. Sarana prasarana produksi dan
teknologi;
c. Produksi dan pergudangan;
d. Paska produksi;
e. Pengorganisasian;
f. Pendidikan konsumen dan perluasan
jaringan
Layanan yang diselenggarakan
diantaranya :
a. Fasilitasi tentang pertanian alami;
b. Pelatihan replikasi pertanian alami;
c. Pelatihan pengorganisasian komunitas
Grahatma Sasmita
Agri Waluya bekerja sama dengan semua sektor yang memiliki kepedulian yang sama.
Jaminan mutu dari produk-produk
Sasmita Agri Waluya adalah ALAMI;
a.
Asli,
bahwa produk yang dihasilkan adalah produk lokal dan jelas asal-usulnya;
b.
Langgeng,
menjaga keberlanjutan dari produk alami yang dihasilkan;
c.
Aman,
produk yang di kelola secara alami dan baik untuk kesehatan;
d.
Multikultur,
keberagaman jenis produk alami;
e.
Inovatif,
penerapan teknologi ramah lingkungan dan produk pangan serta produk olahan.
Ragam Produk Sasmita:
a.
Beras
putih (Cianjur, Mentik Wangi, Mentik Susu, Jasmin, Rojolele);
b.
Beras
warna (Merah Andel, Hitam Jawa, Hitam Melik);
c.
Beras
campur (Merah-Hitam-Putih, Merah-Putih, Merah-Hitam, Hitam-Putih);
d.
Beras
pecah kulit;
e.
Ketan
(Hitam dan Putih);
f.
Tepung
(Beras dan Ketan)
g.
Bekatul;
h.
Jamur
Tiram;
i.
Kacang
(Kacang Hijau, Kacang Merah, Kedelai);
j.
Sayur
mayur (Kailan, Selada, Sawi, Bayam, Kangkung, Terong, Cabe);
k.
Aneka
makanan dan minuman olahan;
l.
Pellet
ikan.
B. Waktu
& Tempat Kegiatan
Hari, tanggal : Senin, 2 April 2018
Waktu : 07.00 – 16.40 WIB
Tempat : Grahatma Semesta,
Dusun Plaosan RT 06 RW 18,
Tlogoadi, Mlati, Sleman, Yogyakarta.
C. Laporan
Hasil Kunjungan
Kunjungan yang kami lakukan dalam kegiatan Management Course HMPSM 2018 memberi
banyak tambahan pengetahuan bagi kami, khususnya sebagai mahasiswa/mahasiswi
program studi manajemen untuk semakin mendalami empat pilar manajemen yakni
operasi, keuangan, pemasaran dan MSDM. Mulanya, kami diajak untuk mengenal
komunitas Grahatma Sasmita Agri Waluya terlebih dahulu, secara harafiah, graha
yang berarti rumah dan atma yang berarti jiwa mengartikan bahwa tujuan dari
komunitas ini adalah memfasilitasi dengan santai dan nyaman bagi siapapun yang
hadir untuk belajar dari komunitas ini, namun secara substansi tetap memastikan
agar semua nilai dapat diterima dengan baik. Didalamnya Sasmita (Sasana Sewaka Mitra
Tani) memfasilitasi studi analisis sosial dan manajemen inovasi terapan, dimana
lingkupnya adalah pada pengorganisasian komunitas, memperkenalkan model-model
yang telah dibuat oleh tim agar dapat diterapkan dalam komunitas. Tujuan
utamanya adalah memfasilitasi baik lembaga, perorangan maupun komunitas untuk
mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Caranya adalah dengan fokus pada
kapabilitas inovasi memanfaatkan tekhnologi yang mudah diterapkan oleh
komunitas-komunitas khususnya dalam bidang pangan, energi dan air yang kini
menjadi isu krusial.
Modal dasar hidupnya komunitas ini adalah guyub rukun,
kesediaan untuk berkontribusi dan komitmen. Oleh karena itu, Grahatma Sasmita
Agri Waluya menggalang kemitraan dengan pihak-pihak yang memiliki nilai
kepedulian yang sama, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat. Namun menolak
pihak-pihak yang memfokuskan program-program CSR dimana menjadikan komunitas
sebagai objek utamanya. Adapun kerjasama yang dilaksanakan dapat berupa
diskusi, penelitian dan riset. Paguyuban ini juga mengutamakan relasi dengan
masyarakat sekitar, memperhatikan setiap proses termasuk reaksi yang ada di
masyarakat menangapi program-program dari paguyuban ini.
Grahatma Sasmita Agri Waluya merumuskan program
saprodi dari hulu ke hilir dengan menyatukan pemikiran-pemikiran dari
anggotanya, mendiskusikannya, melaksanakan dan mengimplementasikan dan tetap
melakukan monitoring dan evaluasi yang mencakup keempat pilar manajemen.
Misalnya dalam bidang keuangan dan administrasi, komunitas ini menekankan
transparansi dan akuntabilitas termasuk mengupayakan efisiensi dari
potensi-potensi dari masyarakat atau setiap komunitas sendiri.
Dalam rangkaian kegiatan selama kunjungan kami diajak
untuk berkeliling mengamati setiap proses pertanian, peternakan dan perikanan
organik. Dimana keempat pilar manajemen dijelaskan secara praksis sehingga
kelompok dapat menyimpulkan nilainya sendiri dari setiap proses yang diamati.
1. Pos
Komunitas
Mulanya kami diarahkan menuju Pos Komunitas Kharisma
04 Garden, pos ini merupakan lahan ditengah pemukiman masyarakat yang awalnya
merupakan tempat pembuangan sampah, di pos ini kami disambut oleh beberapa
ibu-ibu rumah tangga yang merawat tanaman-tanaman organik di pos komunitas ini.
Salah seorang anggotanya memaparkan bahwa mulanya lahan ini sangatlah kotor,
dengan semangat akan nilai kepedulian terhadap lingkungan, komunitas ini
bersama-sama dengan masyarakat membersihkan lahan ini dan mulai mengelolanya
sebagai lahan untuk bercocok tanam (proses hulu), lalu membentuk usaha produk
turunan dari sayur-mayur yang ditanam seperti keripik bayam (proses hulu).
Adapun sayur-mayur yang ditanam antara lain serai, kunyit, cabai, tomat,
kangkung, bayam, kol, terong, timun, sawi, kucai, kemangi dan pare.
Bibit yang digunakan merupakan hibah dari beberapa
pihak yang mendukung program pertanian organik ini sehingga membantu dalam hal
efisiensi biaya. Sejauh ini hasil dari lahan ini sepenuhnya masih dikelola oleh
komunitas dan dimanfaatkan sebagai tabungan kesehatan dan Pendidikan bagi
anggota komunitas. Namun salah satu mimpi dari komunitas ini adalah mencipatan
wadah berupa bank sayur agar nantinya dapat menerapkan sistem prosentase bagi
hasil dengan pengelola (masyarakat sekitar). Dimana masyarakat juga dapat
menanam sayur di rumah mereka masing-masing, lalu hasilnya dikumpulkan dalam
bank sayur sebagai salah satu proses pemberdayaan masyarakat.
2.
Pos Pelita
Di pos ini kami diajak untuk
melihat dua jenis metode tanam yakni hidroponik dan aquaponik, tanaman yang
ditanam di pos ini adalah sawi. Instruktur di pos ini mengungkapkan bahwa kedua
metode tana mini cocok bagi masyarakat yang memiliki keterbatasan lahan karena
penanamannya dapat dibuat dalam posisi tingkatan. Secara kasat mata sebenarnya
metode penanamannya terlihat serupa, sama-sama menggunakan paralon, sekam bakar
dan sabut kelapa sebagai media tanamnya dan nutrisinya dipenuhi melalui aliran
air.
Namun serupa tak berarti
sama, perbedaannya adalah metode hidroponik mengalirkan air ke paralon-paralon
tempat media tanam sawi sedangkan metode aquaponik melibatkan ikan sebagai
salah satu bagain dari metode ini. Untuk metode aquaponic sawi diletakkan di
atas kolam ikan, yang mana air kolam tempat ikan-ikan itu tumbuh dan berkembang
dialirkan langsung ke tanaman sawi, tujuannya adalah kotoran dari ikan-ikan
peliharaan tersebut dapat digunakan sebagai pupuk untuk menutrisi tanaman sawi.
Ini tentunya membantu untuk menekan biaya operasional karena pupuknya dapat
dibuat sendiri.
3.
Pos Pengelolaan
Sampah
Di pos ini kami diajak untuk
kembali mengingat perbedaan antara sampah organik dan non organik, kami diajak
untuk memisahkan sampah-sampah yang ada secara langsung. Ciri mudah untuk
membedakannya adalah sampah organik bersumber dari alam dan mudah untuk
terurai, sedangkan sampah non organic adalah sampah dari produk-produk ciptaan
manusia.
Pengelolaan sampah dalam pos
ini dimulai dengan memisahkan sampah berdasarkan jenisnya dalam tiga bank sampah yakni plastik, kertas
dan logam. Adapun sampah-sampah ini diperoleh dari limbah rumah tangga
masyarakat RT 06 di sekitar pos, maksimal perhari masyarakat boleh mengumpulkan
2 kg sampah/ hari. Lalu sampah organik dicampur supaya mudah terurai. Setelah
dicampur dan disimpan untuk beberapa saat sampah dipindahkan ke dalam RAM (Rotary Active Microorganism). Bentuk
dari RAM ini adalah modifikasi dari sepeda dan tong sampah berbentuk tabung,
yang mana sepeda dapat dikayuh untuk membantu proses pencampuran sampah-sampah
organic tersebut. Sayangnya waktu pengamatan dalam pos ini turun hujan lebat
sehingga informasi yang kami peroleh terbatas sampai disini dan prakteknya pun
tidak bisa kami lanjutkan. Satu hal yang kami ingat dari proses ini adalalah
pesan dari ibu instruktur agar kita mengelola sampah kita masing-masing mulai
dari hal-hal sederhana yakni meminimalkan sampah yang kita hasilkan.
4.
Pos Pembuatan
Pelet
Di pos ini kami diajak untuk
berproses dalam pembuatan pellet ikan organik. Adapun bahan yang digunakan adalah dedak dan limbah
ikan yang sudah dibuat tepung dengan kadar protein yang tinggi, ampas tahu,
kulit ari kedelai yang dapat diganti dengan kulit ari kacang hijau atau ampas
kedelai. Komposisinya adalah 50% tepung ikan dan 50% bahan lainnya. Bias pula
ditambah dengan tepung jagung dan kacang-kacangan. Tepung ikan yang digunakan
dapat menyesuaikan dari ikan apa yang dipelihara, begitu pula dengan
bahan-bahan pelengkap lainnya dapat menyesuaikan dengan kondisi lingkungan dan
bahan yang mudah didapatkan di lingkungan tersebut, yang terpenting adalah
kandungan protein dalam bahan-bahan tersebut perlu untuk diperhatikan. Tepung
ikan juga dapat diganti dengan limbah ayam
yang sudah mati.
Setelah semua bahan
tercampur, ditambahkan air sampai bahan menjadi lembab lalu dilakukan proses
pengukusan selama kurang lebih 30 menit agar jamur-jamur dalam bahan mati
sehingga pelet lebih awet untuk disimpan. Penambahan ampas tahu dalam adonan
pelet ini bertujuan agar pelet dapat mengambang ketika dimasukan ke kolam.
Setelah dikukus dalam bejana besar yang aliran gasnya diperoleh dari
penyulingan kotoran sapi yang kandangnya tepat berada di sebelah pos pembuatan
pelet ini, pelet dicetak menggunakan mesin penggiling daging yang digerakan
oleh deasel kecil. Agar putaran mesik penggilingan kuat digunakan gerbok. Pelet
yang akan digiling harus lembab agar lebih mudah dibentuk. Untuk merekatkan
peletnya ditambahkan tepung kitela agar tidak terlalu basah dan lengket,
sehingga campuran bahannya harus seimbang.
Setelah pelet terbentuk, selanjutnya dijemur dibawah sinar matahari, bila
hari cerah maka penjemuran cukup dilakukan selama satu hari.
Dengan bahan yang lengkap
biaya produksi per kg hanya berkisar Rp 5.000,- (sudah termasuk biaya
transport) jauh lebih murah jika dibandingkan dengan membeli pelet olahan
pabrik. Sehingga lebih efisien karena memanfaatkan bahan yang ada disekitar.
Setelah pelet jadi kami diberi kesempatan untuk memberikan pelet ke ikan-ikan
di kolam kecil yang ada di dekat pos. Kadar protein untuk ikan sengaja dibuat
tinggi agar ikan tumbuh dengan cepat.
5.
Pos Pengolahan
Kompos
Tepat di samping pos
pembuatan pelet terdapat kendang sapi, di kendang sapi inilah kami melakukan
proses pembuatan kompos. Mulanya kami diajak untuk membuat nem cair yang
merupakan salah satu bahan untuk pembuatan kompos. Adapun komposisi dan bahan
untuk pembuatan nem cair ini diantaranya:
a.
600 gram tapai
singkong,
b.
130 ml susu
fermentasi,
c.
600 gram tempe,
d.
air (proporsinya
menyesuaikan banyaknya kompos yang akan dibuat),
e.
larutan gula
(direbus terlebih dahuli lalu didinginkan)
f.
plastic
g.
karet
h.
botol air mineral
bekas
i.
gallon bekas
Proses pembuatannya adalah
mencampurkan semua bahan-bahan diatas, sebelumnya melumatkan terlebih dahulu
campuran tapai dan tempe, lalu menambahkan susu fermentasi ke dalam adonan.
Setelah tercampur rata adonan dipindahkan ke dalam botol air mineral bekas
berukuran 1600 ml, ditambahkan air lalu dikocok dan ditambahkan larutan gula.
Penambahan larutan gula disini adalah sebagai makanan para mikroba. Lalu
ditambahkan air sampai memenuhi ¾ ukuran botol. Setelah itu ditutup rapat dan disimpan
selama 4 sampai 7 hari.
Selanjutnya adalah pembuatan
nem padat, nem padat ini berguna untuk mempercepat proses pengomposan. Sekam
dan dedak dicampur dengan perbandingan 1:1. Setelah itu mencampurkan nem padat
dengan nem cair dan menambahkan air agar campuran menjadi lembab, tujuannya
adalah agar mikroba dapat berkembang dengan baik dalam media ini. Setelah itu
ditutup dengan bahan berpori agar suhunya naik.
6.
Pos Pembuatan
Bahan Pengendali Hama
Bahan pengendali hama dibuat
untuk memproteksi tanaman dari serangan hama seperti ulat, belalang dsb. Dalam
pos ini kami dijelaskan mengenai ciri-ciri tanaman yang terserang hama. Lalu
kami dibimbing untuk membuat bahan pengendali hama. Bahannya adalah daun sirsak
dan daun sirih yang dihaluskan dan ditumbuk menggunakan alat bernama lumping.
Setelah itu bahan dicampur dengan air hangat dalam ember dan didiamkan selama
satu malam. Bahan ini bisa digunakan untu dua hari kedepan dengan menyiramkan
atau menyemprotkannya pada bagian tanaman yang terserang hama. Ramuan ini bias
bertahan dua hari karena aromanya masih dapat bertahan dengan baik, dalam hal
ini hama memang tidak suka dengan tanaman pahit.
Bila tanaman sudah
terjangkit hama hingga ke akar dan bagian dalam batang maka ramuan yang dapat
dibuat adalah campuran antara bawang putih tumbuk dan bahan pereka seperti
lidah buaya. Dapat diseprotkan saat malam hari agar aroma dapat bertahan lebih
lama, karena bila treathment
diberikan siang hari aroma akan cepat menguap.
Di hilirnya Grahatma Sasmita
Agri Waluya juga mengadakan Pendidikan konsumen sebagai feedbacknya, sayangnya
kami tidak mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai hal ini.
III.
Penutup
·
Kesimpulan
Masalah utama lingkungan saat ini adalah krisis air,
energi dan pangan. Menghadapi isu krusial ini, salah satu upaya penanganan yang
dapat dilakukan adalah dengan mengembangkan pertanian alami seperti yang
menjadi fokus utama dari Grahatma Sasmita Agri Waluya. Komunitas ini menerapkan
metode pertanian dan perikanan organic dengan memanfaatkan segala sumberdaya
yang adal di lingkungan sekitar, baik bahan-bahan dialam maupun dalam hal
pemberdayaan masyarakat sekitar. Proses yang dilakukan dari hulu ke hilir
melibatkan semua fasilitas yang tersedia di lingkungan sekitar. Dengan
menerapkan empat pilar manajemen, dan mengupayakan keterlibatan semua pihak
yang memiliki nilai dan semangat yang sama. Adapun dari pengamatan kami
kesesuaian nilai dengan empat pilar manajemen dalam bidang keuangan
mengutamakan efisiensi, dalam bidang MSDM melakukan pemberdayaan terhadap masyarakat,
dalam bidang pemasaran, membantu memasarkan hasil dari pengelolaan komunitas,
dalam bidang produksi mencakup keseluruhan proses yang telah kami lalui selama
proses pengamatan.
·
Saran
Salah satu cara untuk membangun kesadaran dan
kepedulian terhadap lingkungan adalah dengan melakukan pengamatan dan proses
pelatihan, namun sangat disayangkan bila proses hanya berhenti disitu. Maka
saran yang kelompok berikan bermodal dari informasi yang telah diperoleh dari
proses praktik dan pengamatan adalah perlu adanya kesadaran dan
pertanggungjawaban bagi masing-masing pribadi untuk mulai menjaga lingkungan
sekitar, memulainya dari hal-hal sederhana seperti efisiensi sampah.
DAFTAR
PUSTAKA
Pemerintah Kabupaten
Sleman.(2013, 3 Mei). Paguyuban Sasmita Agri Waluya, Gakakkan Pertanian Alami.
Diperoleh 12 April 2018. http://www.slemankab.go.id/4653/paguyuban-sasmita-agri-waluya-galakkan-pertanian-alami.slm
Raghuttama (2013, 9
Oktober). Sasmita Agri Waluya. Diperoleh 12 April 2018. http://raghuttama.blogspot.co.id/
LAMPIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar