Source : Google |
Orang-orang tengah berjalan beriringan menuju Église Cathédrale Saint-Vincent sebab ini memang hari Minggu, sebentar lagi misa kudus akan dimulai pukul 08.00 GA. Lanny Martina tidak menghadiri misa, karena hari ini ia harus bekerja dan ia sudah memulai hari dengan ibadat Taize di biara kecil di dekat rumahnya. Ia memulai hari dengan rasa kesal, sebab harus bekerja di hari Minggu yang semestinya bisa ia habiskan untuk menikmati pagi sembari minum teh Bersama Marcus Romi suaminya. Mereka adalah orang berkebangsaan Indonesia yang sudah sebelas tahun tinggal di Macon, Perancis sekitar 390 km di tenggara Paris.
Langkah membawa Lanny ke sebuah kedai kopi tradisional tepat di persimpangan antara Rue du 8 May 1945 dan Rue Lamartine, ia mendorong sebuah pintu kaca dan memesan satu cup Café Allongé sejenis kopi espresso yang dilarutkan dengan air panas dengan membayar 1,40 euro karena ia menyapa barista dengan kata “hello” dan “please. Di Macon harga kopi tergantung dari seberapa sopan pembeli kepada barista. Jika memesan kopi tanpa menyebutkan “hello” dan “please” maka harga yang dikenakan untuk setiap cup kopi adalah 7 euro. Ia bergegas menuju stasiun Mâcon-Loché Vinzelles
Sesampainya
di stasiun ia segera memesan tiket untuk tujuan Boulevard Victor, sebab memang di
situlah pemberhentian terdekat untuk menuju tempat kerjanya. Dibantu petugas
gerbong ia menuju tempat duduknya. Kereta berangkat pukul 08.30. Lanny menikmati
perjalanannya dengan membaca Poisson d’or karya J.M.G Le Clézio penulis kelahiran Perancis 13 April
1940 sembari mendengarkan lagu Tanah Airku ciptaan ibu Sud dengan earphonenya,
yang selalu membawa kerinduan pada Tanah Air Indonesia. Lanny begitu
kesal karena dua penumpang yang tepat berada di hadapannya bercengkrama dengan suara
keras yang menimbulkan kebisingan dan membuat selera membacanya hilang.
Anehnya
lagi di bangku penumpang tepat di samping kanannya ia melihat Aji, kekasihnya. Disamping
lelaki itu terdapat biola yang biasa dimainkannya untuk Lanny, gaya berpacaran
mereka memang unik. Bahkan untuk menyatakan kerinduan Aji kerab mengirimkan
rekaman saat ia memainkan biola dengan lagu-lagu klasik, sebaliknya untuk mengungkapkan
kerinduannya Lanny kerap mengirimkan puisi. Lanny menyaksikan kekasihnya sedang
memasangkan bunga petunia berwarna merah muda yang berbentuk mirip lonceng
kecil di kerling seorang wanita yang tak dikenalnya. Jelas saja bila ia semakin
kesal dan segera menghampiri keduanya. Ia terus memandangi keduanya namun nampaknya
mereka tak menyadari kehadiran Lanny. Ia segera mengambil bunga dari rambut
wanita itu lalu membuangnya melalui jendela. Anehnya Aji hanya memandanginya
dan mengucapkan maaf. Lalu bergegas pergi dengan menggandeng wanita yang
nampaknya adalah keturunan Chinese, dari wajahnya jelas ia merupakan orang Asia.
Tak tinggal diam Lannya segera mengikuti langkah keduanya. Namun ia kehilangan
jejak mereka.
Ia
memandang keluar jendela dan melihat banyak sekali tanaman coleus yang tertata
dengan rapi, ia baru menyadari bahwa ia sedang berada di Versailles terlalu
jauh dari tujuannya. Jam tangannya menunjukkan pukul 10.21 sementara seharusnya
ia sudah sampai di Boulevard pukul 09.40. Ia segera kembali kebangkunya untuk
mengambil barang-barangnya. Setelah sampai di bangkunya ia melihat kembali kea
rah jendela ia melihat Memorial Pegasus, dan langit sudah menyiratkan kemilau
cahaya jingga kemerah-merahan. Saat ia kembali melihat jam tangannya waktu
menunjukkan pukul 18.59. Lanny mencoba untuk mencocokkan dengan waktu di
ponselnya. Mengejutkannya waktu di ponselnya menunjukkan tanggal 14 Mei, ini
adalah hari ulang tahunnya. Dan ini berarti ia sudah selama 5 hari berada dalam
perjalanan. Karena merasa heran ia mencoba menanyakan pada petugas gerbong,
namun kesalnya petugas gerbong berseragam kuning dengan topi runcing mirip
milik pria bertopi kuning dalam film Curious George si monyet cerdas tidak
memberikan jawaban apapun.
Segeralah
Lanny mencari masinis kereta yang ditumpanginya, kereta ini memang panjang
sekali, setelah melewati 18 gerbong barulah ia sampai di gerbong masinis. Nyatanya
ia tak menemukan siapapun. Kereta yang ditumpanginya berjalan tanpa masinis,
ini semakin membingungkan. Ia mencoba untuk memanggil-manggil, entah siapa yang
dipanggilnya, namun tetap tak membuahkan hasil. Dan saat ia menatap ke depan ia
melihat tebing yang begitu besar dengan tanaman lili di beberapa bagiannya,
yang diatasnya terdapat pohon, terlihat seperti pohon oak yang menjulang tinggi
dan tak terlihat pucuknya. Pohon itu menjulang tinggi menembus awan, ini
mustahil namun Lanny sungguh melihatnya. Sementara kereta terus melaju dengan
kencangnya. Dan tak dapat terhindarkan kereta itu menabrak tebing yang tepat di
hadapannya.
Kopi
dalam cup yang dipesan Lanny pagi ini tumpah membasahi outernya, barulah Lanny
sadar bahwa ia baru saja bermimpi. Lalu Lanny memastikan bahwa ia benar-benar
baru saja bermimpi. Semua keadaan kembali normal. Jam ditangannya kembali
normal menunjukkan pukul 09.23 dan itu artinya sekitar lima belas menit lagi ia
akan sampai di Boulevard. Begitu pula dengan Aji, ia hanyalah kekasih masa lalu
semasa kuliah strata 1 di Indonesia. Sebab kini Lanny adalah istri dari Romi
dan ibu dari dua putranya Yohanes Paulo dan Samuel Yonathan.
Tangkas Emerensia
Yogyakarta,
16 April 2018 (01:14 WIB)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar