TEKS BERJALAN

EMERENSIA TANGKAS: SAYA PANCASILA. READINESS AND SACRIFICE

Minggu, 15 April 2018

Kereta Tanpa Masinis


Source : Google

Orang-orang tengah berjalan beriringan menuju Église Cathédrale Saint-Vincent sebab ini memang hari Minggu, sebentar lagi misa kudus akan dimulai pukul 08.00 GA. Lanny Martina tidak menghadiri misa, karena hari ini ia harus bekerja dan ia sudah memulai hari dengan ibadat Taize di biara kecil di dekat rumahnya. Ia memulai hari dengan rasa kesal, sebab harus bekerja di hari Minggu yang semestinya bisa ia habiskan untuk menikmati pagi sembari minum teh Bersama Marcus Romi suaminya. Mereka adalah orang berkebangsaan Indonesia yang sudah sebelas tahun tinggal di Macon, Perancis sekitar 390 km di tenggara Paris.

Langkah membawa Lanny ke sebuah kedai kopi tradisional tepat di persimpangan antara Rue du 8 May 1945 dan Rue Lamartine, ia mendorong sebuah pintu kaca dan memesan satu cup Café Allongé sejenis kopi espresso yang dilarutkan dengan air panas dengan membayar 1,40 euro karena ia menyapa barista dengan kata “hello” dan “please. Di Macon harga kopi tergantung dari seberapa sopan pembeli kepada barista. Jika memesan kopi tanpa menyebutkan “hello” dan “please” maka harga yang dikenakan untuk setiap cup kopi adalah 7 euro. Ia bergegas menuju stasiun Mâcon-Loché Vinzelles


Sesampainya di stasiun ia segera memesan tiket untuk tujuan Boulevard Victor, sebab memang di situlah pemberhentian terdekat untuk menuju tempat kerjanya. Dibantu petugas gerbong ia menuju tempat duduknya. Kereta berangkat pukul 08.30. Lanny menikmati perjalanannya dengan membaca Poisson d’or karya J.M.G Le Clézio penulis kelahiran Perancis 13 April 1940 sembari mendengarkan lagu Tanah Airku ciptaan ibu Sud dengan earphonenya, yang selalu membawa kerinduan pada Tanah Air Indonesia. Lanny begitu kesal karena dua penumpang yang tepat berada di hadapannya bercengkrama dengan suara keras yang menimbulkan kebisingan dan membuat selera membacanya hilang.

Anehnya lagi di bangku penumpang tepat di samping kanannya ia melihat Aji, kekasihnya. Disamping lelaki itu terdapat biola yang biasa dimainkannya untuk Lanny, gaya berpacaran mereka memang unik. Bahkan untuk menyatakan kerinduan Aji kerab mengirimkan rekaman saat ia memainkan biola dengan lagu-lagu klasik, sebaliknya untuk mengungkapkan kerinduannya Lanny kerap mengirimkan puisi. Lanny menyaksikan kekasihnya sedang memasangkan bunga petunia berwarna merah muda yang berbentuk mirip lonceng kecil di kerling seorang wanita yang tak dikenalnya. Jelas saja bila ia semakin kesal dan segera menghampiri keduanya. Ia terus memandangi keduanya namun nampaknya mereka tak menyadari kehadiran Lanny. Ia segera mengambil bunga dari rambut wanita itu lalu membuangnya melalui jendela. Anehnya Aji hanya memandanginya dan mengucapkan maaf. Lalu bergegas pergi dengan menggandeng wanita yang nampaknya adalah keturunan Chinese, dari wajahnya jelas ia merupakan orang Asia. Tak tinggal diam Lannya segera mengikuti langkah keduanya. Namun ia kehilangan jejak mereka.

Ia memandang keluar jendela dan melihat banyak sekali tanaman coleus yang tertata dengan rapi, ia baru menyadari bahwa ia sedang berada di Versailles terlalu jauh dari tujuannya. Jam tangannya menunjukkan pukul 10.21 sementara seharusnya ia sudah sampai di Boulevard pukul 09.40. Ia segera kembali kebangkunya untuk mengambil barang-barangnya. Setelah sampai di bangkunya ia melihat kembali kea rah jendela ia melihat Memorial Pegasus, dan langit sudah menyiratkan kemilau cahaya jingga kemerah-merahan. Saat ia kembali melihat jam tangannya waktu menunjukkan pukul 18.59. Lanny mencoba untuk mencocokkan dengan waktu di ponselnya. Mengejutkannya waktu di ponselnya menunjukkan tanggal 14 Mei, ini adalah hari ulang tahunnya. Dan ini berarti ia sudah selama 5 hari berada dalam perjalanan. Karena merasa heran ia mencoba menanyakan pada petugas gerbong, namun kesalnya petugas gerbong berseragam kuning dengan topi runcing mirip milik pria bertopi kuning dalam film Curious George si monyet cerdas tidak memberikan jawaban apapun.

Segeralah Lanny mencari masinis kereta yang ditumpanginya, kereta ini memang panjang sekali, setelah melewati 18 gerbong barulah ia sampai di gerbong masinis. Nyatanya ia tak menemukan siapapun. Kereta yang ditumpanginya berjalan tanpa masinis, ini semakin membingungkan. Ia mencoba untuk memanggil-manggil, entah siapa yang dipanggilnya, namun tetap tak membuahkan hasil. Dan saat ia menatap ke depan ia melihat tebing yang begitu besar dengan tanaman lili di beberapa bagiannya, yang diatasnya terdapat pohon, terlihat seperti pohon oak yang menjulang tinggi dan tak terlihat pucuknya. Pohon itu menjulang tinggi menembus awan, ini mustahil namun Lanny sungguh melihatnya. Sementara kereta terus melaju dengan kencangnya. Dan tak dapat terhindarkan kereta itu menabrak tebing yang tepat di hadapannya.

Kopi dalam cup yang dipesan Lanny pagi ini tumpah membasahi outernya, barulah Lanny sadar bahwa ia baru saja bermimpi. Lalu Lanny memastikan bahwa ia benar-benar baru saja bermimpi. Semua keadaan kembali normal. Jam ditangannya kembali normal menunjukkan pukul 09.23 dan itu artinya sekitar lima belas menit lagi ia akan sampai di Boulevard. Begitu pula dengan Aji, ia hanyalah kekasih masa lalu semasa kuliah strata 1 di Indonesia. Sebab kini Lanny adalah istri dari Romi dan ibu dari dua putranya Yohanes Paulo dan Samuel Yonathan.

Tangkas Emerensia
Yogyakarta, 16 April 2018 (01:14 WIB)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar