“Carilah Tuhan selama Ia berkenan
ditemui; berserahlah kepada-Nya selama ia dekat! Baiklah orang fasik
meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya. Baiklah ia
kembali kepada Tuhan, maka Tuhan akan mengasihaninya; baiklah ia kembali kepada
Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan berlimpah. Sebab rancangan-Ku
bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan.”
(Yes 55: 6-8)
sumber: doc pribadi. in frame: tangan Clara Ambar Pramudita, adikku |
Sore ini seperti minggu-minggu biasanya
saya merayakan perjamuan ekaristi di Gereja Santo Antonius Padua Kotabaru
bersama dua teman kembar saya Vera dan Velia dan seorang lagi Yuni. Hari ini
hari yang spesial karena Bapak saya berulang tahun yang ke-53. Saya datang
untuk mengucap syukur atas rahmat usia dan kesehatan yang masih boleh keluarga
saya terima. Bacaan dan homili pada misa sore ini terasa berbeda, menghantar
saya kembali merenungkan perjalanan kehidupan keluarga kami, ada banyak hal
yang telah kami lalui, ada banyak hal yang telah saya lalui secara pribadi.
Homili misa pukul 16.30 ini diberikan oleh Rm. Paul Suarno SJ, saya menulis
ulang apa yang beliau berikan pada blog ini dengan tujuan ingin berbagi dengan
saudara, semoga membantu kita semua untuk menjadi pribadi yang semakin terbuka.
Setiap manusia memiliki keinginan dan
harapan, setiap kita pasti kerap kali mengungkapkan apa yang kita harapkan pada
Allah baik berkata secara lisan maupun melalui doa. Ada seorang tua yang
menginginkan untuk cepat mati dikala orang-orang muda berharap diberi usia yang
panjang, seorang tua itu setiap hari berdoa; “Tuhan, ambilah nyawaku aku sudah
lelah hidup, teman-temanku sudah habis, anak-anak dan cucuku sudah lelah
merawat aku.” Namun semakin sering ia berdoa Tuhan tak kunjung mengabulkan
doanya. Disisi lain seorang yang berusia 40 tahunan berharap untuk diberi usia
yang panjang, namun Tuhan justru memanggil ia lebih dulu. Di lain tempat,
sebuah keluarga mengundang seorang Imam untuk berdoa di rumah mereka bagi
kesembuhan salah seorang anggota keluarga mereka. Namun Imam tersebut malah
tidak memohon kesembuhan bagi seorang yang sakit tadi, ia justru berdoa; “Tuhan
terjadilah pada saudara ini seturut kehendak-Mu.” Keesokan harinya seorang yang
sakit tadi meninggal dunia, semua anggota keluarga tersebut memarahi Imam yang
berdoa bagi mereka karena doanya. Terkadang kehidupan tidaklah sesuai dengan
apa yang kita harapkan, betapapun sering kita berdoa.
Ada lagi keluarga yang memiliki empat
orang anak, berharap salah seorang anak mereka menjadi seorang Pastor tapitidak
satupun anak mereka tepanggil, justru tetangga mereka yang bahkan tidak
mengenal Yesus karena bukan Katolik justru seorang putranya terpanggi menjadi
seorang Pastor. Saya sendiri kerap heran, saya percaya bahwa setiap apa yang
kita alami dalam hidup adalah kehendak-Nya. Tuhan mempertemukan saya dengan
seseorang yang amat baik, ia menumbuhkan cinta, sampai akhirnya saya berdoa
sepanjang hari supaya Tuhan berkenan untuk mempersatukan kami, tapi setelah
kini lebih dari 5 tahunpun tak ada perubahan sama sekali. Atau rencana-rencana
lain yang menurut kita baik justru terjadi yang sebaliknya.
Injil hari ini (Lih: Mat 20: 1-16a) mengisahkan
para pekerja yang bekerja sejak pagi mendapatkan upah yang sama dengan pekerja
yang baru bekerja pada sore hari yakni sebesar 1 dinar. Pekerja yang datang
lebih dahulu bersungut-sungut karena mereka mengharapkan upah yang lebih besar
dengan alasan waktu kerja mereka yang lebih lama. Tetapi, tuan itu menjawab
salah seorang dari mereka, ‘Saurada, aku tidak berlaku tidak adil kepadamu.
Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambilah bagianmu dan pergilah!
Mungkin dalam kisah ini terkesan bahwa tuan atas para pekerja itu berlaku tidak
adil, namun jika kita baca kembali injil hari ini para pekerja yang datang
terakhir berkata bahwa “Tidak ada yang mengupah kami” artinya mereka adalah
orang-orang yang kurang beruntung karena tidak memiliki pekerjaan, tuan itu
hanya berusaha untuk bermurah hati dengan memberi mereka pekerjaan lalu
mengupahnya. Dan para pekerja yang datang lebih dahulu adalah orang-orang yang
lebih beruntung karena memiliki pekerjaan, pada masa itu 1 dinar pun sudah
cukup untuk biaya hidup orang-orang Yahudiselama satu minggu. Kisah ini
mengingatkan kita bahwa keadilan tidaklah terbatas pada keadilan ekonomi, ada
hal yang lebih penting dari keadilan yakni kasih. Orang-orang kurang
beruntunglah yang membutuhkan kasih yang lebih.
Jika sebuah keluarga memiliki 3 orang
anak, anak pertama dan kedua memiliki kecerdasan yang lebih dari anak yang
ketiga. Maka seharusnya orangtua memberikan kasih yang lebih pada anak ketiga
agar si anak bisa berkembang, bukannya memperlakukan ketiga anak tersebut
dengan sama. Begitu pula bagi para tenaga pengajar baik guru maupun dosen,
tidak semua murid dapat diperlakukan dengan sama, bagi murid dengan kecerdasan
dibawah yang lain justru membutuhkan perhatian yang lebih dibandingkan
teman-temannya yang lebih pintar. Ketika kita membenci seseorang karena
kelakuannya yang tidak baik kita kerap menggerutu, mendoakan hal-hal yang
buruk, bahkan bertanya “Tuhan apa yang harus saya lakukan terhadap orang ini?”
ketika kita membuka injil jawabannya adalah “Ampunilah.” “Tapi dia begitu jahat
Tuhan, dia menyakiti banyak orang Tuhan?” jawabannya tetap “Ampunilah” bahkan
ampuni sampai tujuh puluh kali tujuh kali, luar biasa.
Hanya ada dua pilihan dalam hidup, kita
berharap agar Allah yang menyesuaikan harapan kita lalu ketika harapan itu
tidak tercapai kita menjadi frustasi atau kita menyerahkan seluruh harapan kita
kepada Allah dan berserah sesuai dengan apa yang Ia kehendaki. Namun pilihan
kedua tentu lebih baik, meskipin berserah adalah hal yang sulit. Ini
mengingatkan saya pada seorang Imam yang sangat saya rindukam, Rm. Policarpus
Gunawan Setiadi, SCJ ia adalah mentor bagi keluarga kami saat keluarga kami
jatuh dan mengalami masalah. Ia mengatakan bahwa ketika doa Tangkas tak kunjung
terkabul bukan karena Tuhan tidak mendengar doa Tangkas, mungkin karena cara
berdoa Tangkas yang salah. Ungkapkan semua yang Tangkas harapkan pada Tuhan,
namun yang terpenting adalah serahkan semua kepada-Nya. Katakanlah; “Tuhan,
biarlah semua yang terjadi dalam hidupku adalah yang seturut dengan
kehendak-Mu. Allah mengukur segala sesuatu atas dasar kasih-Nya”
(semua yang saya tulis dalam blog ini
adalah cara saya untuk berbagi, semoga menjadi kekuatan bagi kita untuk menjadi
kekuatan bagi orang lain pula. Terimakasih, Berkah Dalem)
Yogyakarta,
Minggu, 24 September 2017
Mohon dukungan doa untuk saya sudah 5 tahun sakit stroke dan insomnia. Terima kasih. Melchior Suroso m yang
BalasHapusMohon dukungan doa untuk saya sudah 5 tahun sakit stroke dan insomnia. Terima kasih. Melchior Suroso m yang
BalasHapus