TEKS BERJALAN

EMERENSIA TANGKAS: SAYA PANCASILA. READINESS AND SACRIFICE

Minggu, 24 September 2017

Kehendak-Ku bukanlah kehendakmu



“Carilah Tuhan selama Ia berkenan ditemui; berserahlah kepada-Nya selama ia dekat! Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya. Baiklah ia kembali kepada Tuhan, maka Tuhan akan mengasihaninya; baiklah ia kembali kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan berlimpah. Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman Tuhan.” (Yes 55: 6-8)
sumber: doc pribadi. in frame: tangan Clara Ambar Pramudita, adikku

Sore ini seperti minggu-minggu biasanya saya merayakan perjamuan ekaristi di Gereja Santo Antonius Padua Kotabaru bersama dua teman kembar saya Vera dan Velia dan seorang lagi Yuni. Hari ini hari yang spesial karena Bapak saya berulang tahun yang ke-53. Saya datang untuk mengucap syukur atas rahmat usia dan kesehatan yang masih boleh keluarga saya terima. Bacaan dan homili pada misa sore ini terasa berbeda, menghantar saya kembali merenungkan perjalanan kehidupan keluarga kami, ada banyak hal yang telah kami lalui, ada banyak hal yang telah saya lalui secara pribadi. Homili misa pukul 16.30 ini diberikan oleh Rm. Paul Suarno SJ, saya menulis ulang apa yang beliau berikan pada blog ini dengan tujuan ingin berbagi dengan saudara, semoga membantu kita semua untuk menjadi pribadi yang semakin terbuka.
Setiap manusia memiliki keinginan dan harapan, setiap kita pasti kerap kali mengungkapkan apa yang kita harapkan pada Allah baik berkata secara lisan maupun melalui doa. Ada seorang tua yang menginginkan untuk cepat mati dikala orang-orang muda berharap diberi usia yang panjang, seorang tua itu setiap hari berdoa; “Tuhan, ambilah nyawaku aku sudah lelah hidup, teman-temanku sudah habis, anak-anak dan cucuku sudah lelah merawat aku.” Namun semakin sering ia berdoa Tuhan tak kunjung mengabulkan doanya. Disisi lain seorang yang berusia 40 tahunan berharap untuk diberi usia yang panjang, namun Tuhan justru memanggil ia lebih dulu. Di lain tempat, sebuah keluarga mengundang seorang Imam untuk berdoa di rumah mereka bagi kesembuhan salah seorang anggota keluarga mereka. Namun Imam tersebut malah tidak memohon kesembuhan bagi seorang yang sakit tadi, ia justru berdoa; “Tuhan terjadilah pada saudara ini seturut kehendak-Mu.” Keesokan harinya seorang yang sakit tadi meninggal dunia, semua anggota keluarga tersebut memarahi Imam yang berdoa bagi mereka karena doanya. Terkadang kehidupan tidaklah sesuai dengan apa yang kita harapkan, betapapun sering kita berdoa.
Ada lagi keluarga yang memiliki empat orang anak, berharap salah seorang anak mereka menjadi seorang Pastor tapitidak satupun anak mereka tepanggil, justru tetangga mereka yang bahkan tidak mengenal Yesus karena bukan Katolik justru seorang putranya terpanggi menjadi seorang Pastor. Saya sendiri kerap heran, saya percaya bahwa setiap apa yang kita alami dalam hidup adalah kehendak-Nya. Tuhan mempertemukan saya dengan seseorang yang amat baik, ia menumbuhkan cinta, sampai akhirnya saya berdoa sepanjang hari supaya Tuhan berkenan untuk mempersatukan kami, tapi setelah kini lebih dari 5 tahunpun tak ada perubahan sama sekali. Atau rencana-rencana lain yang menurut kita baik justru terjadi yang sebaliknya.
Injil hari ini (Lih: Mat 20: 1-16a) mengisahkan para pekerja yang bekerja sejak pagi mendapatkan upah yang sama dengan pekerja yang baru bekerja pada sore hari yakni sebesar 1 dinar. Pekerja yang datang lebih dahulu bersungut-sungut karena mereka mengharapkan upah yang lebih besar dengan alasan waktu kerja mereka yang lebih lama. Tetapi, tuan itu menjawab salah seorang dari mereka, ‘Saurada, aku tidak berlaku tidak adil kepadamu. Bukankah kita telah sepakat sedinar sehari? Ambilah bagianmu dan pergilah! Mungkin dalam kisah ini terkesan bahwa tuan atas para pekerja itu berlaku tidak adil, namun jika kita baca kembali injil hari ini para pekerja yang datang terakhir berkata bahwa “Tidak ada yang mengupah kami” artinya mereka adalah orang-orang yang kurang beruntung karena tidak memiliki pekerjaan, tuan itu hanya berusaha untuk bermurah hati dengan memberi mereka pekerjaan lalu mengupahnya. Dan para pekerja yang datang lebih dahulu adalah orang-orang yang lebih beruntung karena memiliki pekerjaan, pada masa itu 1 dinar pun sudah cukup untuk biaya hidup orang-orang Yahudiselama satu minggu. Kisah ini mengingatkan kita bahwa keadilan tidaklah terbatas pada keadilan ekonomi, ada hal yang lebih penting dari keadilan yakni kasih. Orang-orang kurang beruntunglah yang membutuhkan kasih yang lebih.
Jika sebuah keluarga memiliki 3 orang anak, anak pertama dan kedua memiliki kecerdasan yang lebih dari anak yang ketiga. Maka seharusnya orangtua memberikan kasih yang lebih pada anak ketiga agar si anak bisa berkembang, bukannya memperlakukan ketiga anak tersebut dengan sama. Begitu pula bagi para tenaga pengajar baik guru maupun dosen, tidak semua murid dapat diperlakukan dengan sama, bagi murid dengan kecerdasan dibawah yang lain justru membutuhkan perhatian yang lebih dibandingkan teman-temannya yang lebih pintar. Ketika kita membenci seseorang karena kelakuannya yang tidak baik kita kerap menggerutu, mendoakan hal-hal yang buruk, bahkan bertanya “Tuhan apa yang harus saya lakukan terhadap orang ini?” ketika kita membuka injil jawabannya adalah “Ampunilah.” “Tapi dia begitu jahat Tuhan, dia menyakiti banyak orang Tuhan?” jawabannya tetap “Ampunilah” bahkan ampuni sampai tujuh puluh kali tujuh kali, luar biasa.
Hanya ada dua pilihan dalam hidup, kita berharap agar Allah yang menyesuaikan harapan kita lalu ketika harapan itu tidak tercapai kita menjadi frustasi atau kita menyerahkan seluruh harapan kita kepada Allah dan berserah sesuai dengan apa yang Ia kehendaki. Namun pilihan kedua tentu lebih baik, meskipin berserah adalah hal yang sulit. Ini mengingatkan saya pada seorang Imam yang sangat saya rindukam, Rm. Policarpus Gunawan Setiadi, SCJ ia adalah mentor bagi keluarga kami saat keluarga kami jatuh dan mengalami masalah. Ia mengatakan bahwa ketika doa Tangkas tak kunjung terkabul bukan karena Tuhan tidak mendengar doa Tangkas, mungkin karena cara berdoa Tangkas yang salah. Ungkapkan semua yang Tangkas harapkan pada Tuhan, namun yang terpenting adalah serahkan semua kepada-Nya. Katakanlah; “Tuhan, biarlah semua yang terjadi dalam hidupku adalah yang seturut dengan kehendak-Mu. Allah mengukur segala sesuatu atas dasar kasih-Nya”
(semua yang saya tulis dalam blog ini adalah cara saya untuk berbagi, semoga menjadi kekuatan bagi kita untuk menjadi kekuatan bagi orang lain pula. Terimakasih, Berkah Dalem)
Yogyakarta, Minggu, 24 September 2017

2 komentar:

  1. Mohon dukungan doa untuk saya sudah 5 tahun sakit stroke dan insomnia. Terima kasih. Melchior Suroso m yang

    BalasHapus
  2. Mohon dukungan doa untuk saya sudah 5 tahun sakit stroke dan insomnia. Terima kasih. Melchior Suroso m yang

    BalasHapus