sumber: google |
11.
KESALAHAN/ DOSA SEJARAH
Pada masa pemerintahan Orde Baru (Presiden
Soeharto 1966-1998) Pancasila kerab dijadikan alat untuk melegitimasi (mengapsahkan)
kepentingan dari para penguasa pada masa itu sebagai alat politik untuk
membenarkan segala tindakan dan keputusan para penguasa. Pancasila dengan mudah
diobral untuk menjatuhkan lawan-lawan politik.
Contoh:
a.
Pembadlean majalah Tempo yang pernah dicabut
Surat Ijin Terbitnya (SIT) karena pada covernya memampangkan figur Soeharto
dengan mahkota kerajaan di kepalanya. Soeharto tersinggung pemerintahannya yang
demokratis dinilai monarki, SIT dicabut dengan alasan pers tidak pancasilais.
b.
Kasus Muchtar Pakpahan salah seorang tokoh
pemerhati kaum buruh Indonesia yang vokal sejak masa orba. Karena merasa
terganggu pemerintah orba pada masa itu menuduh Muchtar sebagai anggota PKI karena tindakannya dinilai mencerminkan
ideologi komunis. Ini tentu berefek bagi keluarga dan keturunannya, yang
dipersulit untuk menjadi pegawai negeri, kecuali mengajukan surat keterangan
bebas G30S/PKI.
c.
Pembangunan Waduk Kedung Ombo di Boyolali,
dimana masyarakat sipil menolak pembangunan tersebut karena biaya ganti rugi
yang tidak sesuai dan dinilai terlalu rendah belum lagi biaya yang termakan
oleh calo-calo tanah, banyak yang bertahan di tanah mereka. Mereka yang
bertahan inilah yang mendapat tindakan dehumanisasi sekaligus stigmatisasi
komunis bagi siapapun yang menolak digusur. Pemerintah pada masa itu
mengintimidasi dengan seruan; “Wajar orang-orang Boyolali tidak mau diajak maju
untuk membangun NKRI karena Boyolali merupakan basisnya PKI.”
Setelah orba tumbang masyarakat
takut untuk bicara tentang Pancasila karena ada ketakutan untuk dianggap tidak
reformis. Penyebabnya karena pada masa orba begitu sering Pancasila
disebut-sebut dan menjadi alat politik.
22.
UNTUK MENANAMKAN NILAI-NILAI PANCASILA DI
PERGURUAN TINGGI APA YANG DIAJARKAN DIKELAS KADANG TIDAK RELEVAN DENGAN
REALITAS DI MASYARAKAT
Penanaman nilai-nilai pancasila di dalam
kelas hanya enak didengar, fakta yang terjadi di masyarakat sangatlah berbeda.
Contoh:
a.
UUD 1945 pasal 34 ayat (1) Fakir miskin dan
anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. Realitasnya gelandangan ada
dimana-mana dan kemiskinan merajalela.
b.
Nilai Pancasila mendukung ekonomi kerakyatan,
pada realitasnya banyak pasar-pasar tradisional yang kalah dengan
swalayan-swalayan milik para pemodal besar.
c.
Anas Urbaningrum salah satu tokoh fraksi Demokrat
yang juga tokoh reformis ia vokal berteriak; “BERANTAS KORUPSI!” kalau sampai
ia terjerat korupsi bahkan ia berani digantung di Monas. Realitasnya kini ia
ditangkap dan menjadi penghuni hotel prodeo KPK.
d.
Akil Mochtar pernah menyerukan; “Potong jari
para koruptor!” ia sendiri seorang ketua MKRI kini juga terjerat kasus korupsi.
Memang untuk menyampaikan
nilai-nilai secuil keteladanan lebih berarti daripada segudang nasehat, saat
ini Indonesia krisis keteladanan. Kadang kekuasaan serupa dengan toilet umum
ketika kita berada diluar dan mencium bau tak sedap kita kerap mengumpat, tapi
ketika kita ada kepentingan di dalamnya kita ikut menikmatinya. Ketika yang
disampaikan tidak sesuai dengan kenyataan, maka akan cenderung memunculkan
penolakan-penolakan. Kini kita membutuhkan figur sebagai acuan.
33.
METODE PEMBELAJARAN YANG KADANG MASIH BERSIFAT
INDOKTRINASI
Dalam memasukan sistem nilai sering kali
dilakukan secara paksa ke segenap lapisan masyarakat. Dengan indoktrinasi
ideologi lain disumbat, kalaupun bisa masuk hanya sebagian hal negatifnya saja
sehingga pembahasannya tidak objektif.
Contoh:
a.
Doktrin dimana Supersemar yang menyatakan
pelimpahan kekuasaan secara sukarela dari Soekarna kepada Soeharto. Ini merupakan
peristiwa sejarah besar bagi bangsa Indonesia, namun hingga kini naskah
otentiknya tidak pernah ditemukan. Menurut kesaksian Sukardjo Wilardjito dalam
bukunya, dimana kala itu ia adalah adjudan pribadi Bung Karno mengungkapkan
bahwa ketika penandatanganan Supersemar, Presiden Soekarno tidaklah dalam
keadaan merdeka, ia diancam dengan sebuah pisto, tetapi sejarah besar telah
diputarbalikan.
b.
Isu Gerwani, aktifis-aktifis Indonesia yang
menentang poligami karena pada masa itu laki-laki berkuasa dengan ideologi
moimo dari falsafah jawa. Pada kala itu gerwani menuntut kesetaraan hak bagi
kaum pria dan wanita. Sebenarnya organisasi ini memperhatikan masalah-masalah
sosialisme dan feminisme, sayangnya dituduh leh orba melakukan tindakan amoral
kepada tahanan pria dalam kasus G30S/PKI. Tujuannya adalah agar Gerwani tidak
mencampuri urusan politik terlalu vokal mmaka pada akhirnya dibentuklah PK,
yakti kumpulah perempuan-perempuan yang diwajibkan hanya mengurus urusan rumah
tangga dan tugas-tugas domestik. PKK terbentuk karena ketakutan kaum pria
diambil alih kekuasaannya. Terlebih setelah muncul UU No. 1 tahun 1974 tentang
perkawinan dimana isinya laki-laki sebagai kepala keluarga dan perempuan
sebagai ibu rumah tangga, menekan para ibu untuk dirumah saja, inilah salah
satu penyebab gerakan kaum laki-laki lebih ditonjolkan.
c.
Film Janur Kuning yang merupakan salah satu
bentuk manipulasi sejarah melalui film. Berisi tentang peperangan di Yogyakarta
(serangan umum 1 Maret) dimana Soeharto digambarkan sebagai tokoh sentral dan
kultus ditengahnya atau lebih mempromosikan Soeharto.
44.
MASIH BANYAK PIHAK YANG BERUSAHA MENGGANTIKAN 5
SILA DENGAN IDEOLOGI LAIN
Berbagai ormas bermunculuan bahkan elit
politik terpecah, banyak yang ingin menggantikan Pancasila dengan ideologi
agami, liberal dsb. Saat mereka tidak sepaham makaakan menimbulkan kekacauan.
Contoh:
Dengan membandingkan
Pancasila dengan Amerika dan liberalismenya yang menjadi negara kuat dan besar,
atau China dengan komunismenya, sedangkan Indonesia dengan Pancasila buka siapa-siapa,
banyak pihak tergiur dengan propaganda itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar