TEKS BERJALAN

EMERENSIA TANGKAS: SAYA PANCASILA. READINESS AND SACRIFICE

Kamis, 23 Agustus 2018

Mengenal Provinsi Lampung


Provinsi Lampung lahir pada tanggal 18 Maret 1964 dengan ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 3 tahun 1964 yang kemudian menjadi Undang-undang Nomor 14 tahun 1964. Sebelum itu Provinsi Lampung merupakan Karesidenan yang tergabung dengan Provinsi Sumatera Selatan.
Kostum adat Lampung dalam ajang Internasional. source : harianindo.com


Terdapat empat pendekatan untuk mengenal Provinsi Lampung :
1.      Geografis
Secara geografis daerah Lampung terletak pada kedudukan 130°30’ BT sampai 160°60’ BT dan 4°00’ LS sampai 6°00’ LS. Berada pada ujung paling selatan pulau Sumatera yang batas-batasnya adalah :
a.      Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan dan Provinsi Bengkulu
b.      Sebelah Selatan berbatasan dengan Selat Sunda
c.       Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Jawa
d.      Sebelah Barat berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia
Ibu kota Provinsi Lampung adalah Kotamadya Tanjung Karang – Teluk Betung suatu kota kembar yang oleh karena pesatnya perkembangan sekarang telah menjadi satu yaitu Kotamadya Bandar Lampung. Pelabuhan utamanya ialah Pelabuhan Bakauheni yang terletak di Lampung Selatan, sebagai pelabuhan yang menghubungkan pulau Jawa dan Sumatera, dan beberapa pelabuhan kecil diantaranya Pelabuhan Krui, Menggala, Kota Agung di Teluk Semaka dan Labuhan Maringgai. Selain itu terdapat Pelabuhan Udara utama yakni Bandara Radin Inten II yang terletak di Branti, serta lapangan terbang AURI di Menggala.
Padatnya lalu lintas transportasi saat ini (2018) mengakibatkan waktu tempuh yang semakin lama jika dibandingkan waktu tempuh pada tahun 1980an, yang mana dahulu melalui penerbangan Branti – Jakarta hanya memakan waktu tempuh 25 menit kini dari Branti ke Cengkareng memakan waktu sekitar 40 menit. Sedangkan melalui jalur laut jika dahulu dari Bakauheni – Merak hanya memakan waktu tempuh 75 menit kini menjadi 3 jam perjalanan.
2.      Topografi
-          Bagian barat berbukit dan bergunung, dengan puncaknya; Gunung Pugung, Gunung Seminung, Gunung Pesagi, Gunung Tanggamus, Gunung Sukmailang, Gunung Pesawaran serta Gunung Rajabasa di bagian tenggara Lampung.
-          Bagian timur merupakan daratan alluvial, daratan rawa padang surut dan river basin, dengan sungainya Way Mesuji, Way Tulang Bawang, Way Sekampung dan Way Tebu.

3.      Penduduk
Daerah Lampung pada dasarnya tidak hanya didiampi oleh suku bangsa Lampung saja akan tetapi didiami oleh banyak suku bangsa Indonesia lainnya, misalnya Jawa, Sunda, Batak, Komering, Cina dan lain-lain. Secara keadatan sebenarnya suka adat Lampung dibagi menjadi dua golongan yakni masyarakat Lampung yang beradat Saibatin dan masyarakat Lampung yang beradat Pepadun.
Masyarakat Lampung yang beradat Pepadun, terdapat kemungkinan untuk seseorang meningkatkan kedudukannya sebagai Penyimbang (pemimpin adat), misalnya melalui berbagai persyaratan adat. Sedangkan bagi masyarakat Lampung yang beradat Saibatin, seseorang hanya dapat menaikkan kedudukan sampai pada tingkat penyimbang pekon (kampung), dan tisak ada kemungkinan untuk menjadi penyimbang marga karena penyimbang marga berlangsung secara dinasti.
Masyarakat Lampung yang beradat Pepadun mendiami bagian timur dan bagian tengah dari Provinsi Lampung, sedangkan masyarakat Lampung yang beradat Saibatin mendiami bagian bagian barat dan selatan Provinsi Lampung terutama di bagian pesisir pantai dan pulau-pulau (kepulauan), sehingga sering disebut masyarakat Lampung pesisir.
Provinsi lampung memiliki luas wilayah 35.376 km², terdiri dari jutaan masyarakat coang etnis Lampung dan pendatang, hal ini sesuai dengan lambing Provinsi Lampung yakni Sai Bumi Ruwa Jurai yang artinya masyarakat Lampung terdiri dari dua asal, yaitu masyarakat penerima (suku bangsa Lampung) dan masyarakat yang diterima (dari luar Lampung), dan juga menggambarkan bahwa suku bangsa Lampung ini mempunyai dua sistim keadatan, yaitu masyarakat Lampung yang beradat Pepadun dan masyarakat Lampung yang beradat Saibatin.

4.      Latar Belakang Budaya
A.      Sejarah
a.      Menurut Babad Pakuan atau Babad Pajajaran, disebutkan tentang Lampung antara lain pada :
Syair 1978 :     “Pimpinan dari Nusa Lampung Kidul yaitu Gajah Mangwalu
 Maspanji Walungan Sari, gagah perkasa tanggu kebal kulitnya.”
                        Syair 1620 :     “ Orang seberang semua kumpul, negaranya masing-masing yaitu
Nusa Kambanan, Botal, Tulang Bawang – Johor Minangkabau, Badak, Menggala dan Patani”
Syair 1621 :     “ Salang, Kutur, Buton, Selangor, Ambon, Makasar dan Bugis, Siak Ternate dan Kampar, Riau dan Banjar, Nusa Lampung dan Belambangan yang akan menyerbu”
Syair 1704 :     “ Segera para Punggawa, memerintahkan laskarnya tanda Bende Kebuyutan Lampung, itulah tanda berperang”
b.      Menurut Dr. P. V Van Stein Callenfele dalam bukunya Pedoman Singkat untuk Pengumpulan Pra Sejarah pada hal. 29 disebutkan :
“ Selanjutnya mesium mempunyai suatu alat yang ajaib, dikemukakan di lereng gunung Tanggamus di sebelah barat laut di Lampung. Barang ini dibuat dari batu kecubung (obsidian), suatu bahan yang terus menyatakan bahwa untuk kita di negeri ini, bahwa ada pengaruh luar dalam adanya kemajuan Zaman Batu.”
c.       Berdasarkan atas penemuan yang dilanjutkan dengan penggalian oleh Pusat Penelitian dan Sejarah dari Direktorat Sejarah pada bulan Oktober 1976, di daerah Walur, Kecamatan Pesisir Utara Kabupaten Lampung Utara diketemukan tempayan yang berisi kapak-kapak batu baru (neolitikum). Menurut Drs. Sukatno dan Drs. Haris Sukandar (yang melakukan penelitian dan penggalian) bahwa umur dari situs ini sekitar 1500 tahun sebelum masehi (SM)
Masih banyak penduduk Lampung di bagian pedalaman yang menyimpan kain Pelepai atau kain kapal (perahu). R. Von Haine Geldern, dalam bukunya Menyelidik Prasejarah di Indonesia, menyatakan bahwa :
“Sama ajaibnya pakaian brokat dari KROG di sebelah baratdaya Sumatera, kain dengan gambar perahu simati, suatu motif yang sudah terdapat gederang penunggu (“neraka”) yang tertua dari kebudayaan DONGSO yang termasuk beberapa abad sebelum tarich kita.”

Puspawidjaja, Rizani dkk. 1986. Upacara Tradisional (Upacara Kematian) Daerah Lampung.
 Lampung : Departemen Pendiidkan dan Kebudayaan Kantor Wilayang Propinsi Lampung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar